JAKARTA - Wawancara menjadi salah satu rangkaian penting dalam proses rekrutmen pekerjaan. Pada tahap ini pewawancara akan menilai tidak hanya keterampilan serta pengalaman, tetapi juga menilai sikap dan perilaku kandidat.
Maka dari itu, pelamar kerja perlu mempersiapkan diri dengan baik untuk menghadapi tahap wawancara kerja.
Terdapat beberapa kebiasaan yang tanpa sadar dilakukan oleh calon pekerja saat interview, tentunya hal ini bisa membuat pewawancara merasa tidak nyaman atau bahkan meragukan kandidat.
Melansir instagram resmi Kementerian Ketenagakerjaan RI, Sabtu (1/6/2024), berikut beberapa kebiasaan yang sebaiknya dihindari saat menjalani wawancara kerja:
1. Hal pertama yang tidak disukai pewawancara saat interview adalah ketidaksopanan atau kurangnya rasa hormat. Perlu diingat, ini adalah etika dasar yang harus selalu dijaga pelamar kerja saat interview berlangsung.
2. Kebiasaan kedua, penting untuk dicatat bahwa pewawancara tidak menyukai ketika pelamar memberikan pendapat negatif tentang rekan kerja atau atasan dari perusahaan sebelumnya. Menghindari sikap negatif ini akan membantu memberikan kesan yang lebih baik selama wawancara.
3. Kurangnya perhatian terhadap informasi perusahaan juga tidak disukai oleh pewawancara, karena hal ini menunjukkan kurangnya minat pada perusahaan tersebut.
4. Terakhir adalah pewawancara tidak menyukai jika pelamar tidak menguasai detail dalam Curriculum Vitae (CV) mereka sendiri dan terbata-bata saat menjelaskan. Mengetahui informasi perusahaan dan mempersiapkan penjelasan CV dengan baik sangat penting untuk memberikan kesan positif selama wawancara.
Nah itu dia kebiasaan yang tidak disukai pewawancara saat interview kerja. Dengan menghindari kebiasaan-kebiasaan di atas dapat membantu kandidat memberikan kesan yang lebih baik kepada pewawancara dan meningkatkan peluang untuk diterima.
Persiapan yang matang, sikap positif, dan perilaku profesional adalah kunci sukses dalam wawancara kerja. Jangan lupa terapkan tips-tips ini dan buktikan bahwa kamu kandidat yang tepat!
(Kurniasih Miftakhul Jannah)