JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia resmi meluncurkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034.
Bahli menjelaskan bahwa penyusunan RUPTL periode ini telah melalui proses dan diskusi yang panjang, serta dikaji secara mendalam. Hal itu semata-mata karena pemerintah ingin hasilnya sesuai kebutuhan masyarakat.
“Dalam kabinet pemerintahan Presiden Prabowo salah satu program yaitu terkait kedaulatan dan transisi energi, RUPTL ini salah satu instrumen untuk pedoman dalam implementasi dari ketersediaan ketenagalistrikan kita,” kata Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin (26/5).
Adapun, dalam RUPTL tersebut kapasitas pembangkit listrik ditargetkan bertambah 69,5 gigawatt (GW). Secara rinci, sebesar 42,6 GW berasal dari pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT). Dari besaran tersebut, sebesar 17,1 GW tenaga surya, 11,7 GW tenaga air, 7,2 GW tenaga angin, sebesar 5,2 GW tenaga panas bumi, 0,9 GW bioenergi, dan 0,5 GW tenaga nuklir.
Kemudian 10,3 GW akan berasal dari sistem penyimpanan energi atau storage, yang terdiri dari 6,0 GW baterai dan 4,3 GW PLTA Pumped Storage. Lalu, sebesar 16,6 GW akan berasal dari pembangkit berbasis energi fosil yang terdiri dari 10,3 GW gas dan 6,3 GW batu bara.
Bahlil pun menggarisbawahi mayoritas tambahan kapasitas pembangkit listrik berasal dari energi baru dan terbarukan yang sebesar 76 persen. Dari besaran tersebut, sebesar 42,6 gigawatt. Hal itu sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam mewujudkan transformasi bauran energi.
“Jadi kalau ditanya konsisten kah pemerintah dalam mendorong energi terbarukan sebagai bentuk transisi energi, nah ini, jadi kita konsisten kan,” imbuh Bahlil.
Lebih lanjut Bahlil memaparkan, penambahan kapasitas pembangkit pada 2025-2034 akan dibagi menjadi dua periode, masing-masing lima tahun. Pada lima tahun pertama, akan dibangun pembangkit sebesar 27,9 GW dengan 12,7 GW pembangkit listrik berbasis fosil, 12,2 GW pembangkit listrik berbasis EBT dan 3,0 GW dari penyimpanan energi.
Selanjutnya pada lima tahun kedua akan dibangun sebesar 41,6 GW dengan rincian, 3,9 GW pembangkit berbasis fosil, 30,4 GW pembangkit berbasis EBT dan 7,3 GW dari penyimpanan energi.
“Ini semua kita lakukan dengan memperhitungkan, mempertimbangkan tingkat pertumbuhan ekonomi kita yang mencapai 8 persen. Jadi konsumsi listrik per kapita juga sudah dihitung secara seksama,” tandasnya.
(Taufik Fajar)