Bahlil pun menggarisbawahi mayoritas tambahan kapasitas pembangkit listrik berasal dari energi baru dan terbarukan yang sebesar 76 persen. Dari besaran tersebut, sebesar 42,6 gigawatt. Hal itu sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam mewujudkan transformasi bauran energi.
“Jadi kalau ditanya konsisten kah pemerintah dalam mendorong energi terbarukan sebagai bentuk transisi energi, nah ini, jadi kita konsisten kan,” imbuh Bahlil.
Lebih lanjut Bahlil memaparkan, penambahan kapasitas pembangkit pada 2025-2034 akan dibagi menjadi dua periode, masing-masing lima tahun. Pada lima tahun pertama, akan dibangun pembangkit sebesar 27,9 GW dengan 12,7 GW pembangkit listrik berbasis fosil, 12,2 GW pembangkit listrik berbasis EBT dan 3,0 GW dari penyimpanan energi.
Selanjutnya pada lima tahun kedua akan dibangun sebesar 41,6 GW dengan rincian, 3,9 GW pembangkit berbasis fosil, 30,4 GW pembangkit berbasis EBT dan 7,3 GW dari penyimpanan energi.
“Ini semua kita lakukan dengan memperhitungkan, mempertimbangkan tingkat pertumbuhan ekonomi kita yang mencapai 8 persen. Jadi konsumsi listrik per kapita juga sudah dihitung secara seksama,” tandasnya.
(Taufik Fajar)