3. Dampak BI Rate Turun
Penurunan BI Rate juga diikuti oleh penurunan suku bunga perbankan. Menurut Dian, dibandingkan tahun sebelumnya, rerata suku bunga perbankan turun 11 basis poin menjadi 8,99%, utamanya didorong penurunan suku bunga kredit produktif.
"Dari sisi penghimpunan dana, rerata tertimbang suku bunga DPK juga mulai menurun dibandingkan bulan lalu," ungkapnya.
Stabilitas industri perbankan pada Juni 2025 tetap terjaga dengan rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (ALNCD) sebesar 118,78% dan rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (ALNDPK) sebesar 27,05%, keduanya masih di atas ambang batas yang ditetapkan. Liquidity Coverage Ratio (LCR) juga berada di level yang kuat, yaitu 199,04%.
Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,22% dan NPL net sebesar 0,84%. Loan at Risk (LAR) tercatat menurun sebesar 9,73%.
Rasio LAR saat ini juga sudah berada di bawah level sebelum pandemi COVID-19. Ketahanan perbankan juga didukung oleh Capital Adequacy Ratio (CAR) yang tinggi sebesar 25,81%.
"Menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat untuk mengantisipasi kondisi ketidakpastian global," ujarnya.
Untuk porsi kredit Buy Now Pay Later (BNPL), perbankan mencatat sebesar 0,28% dari total kredit, namun terus menunjukkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan.
Pada Juni 2025, debit kredit BNPL tumbuh sebesar 29,75% YoY menjadi Rp22,99 triliun dengan jumlah rekening mencapai 26,96 juta.
(Feby Novalius)