JAKARTA – Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Februari 2019 mencapai USD123,3 miliar. Ini menunjukkan kepercayaan investor asing pada ekonomi Indonesia masih tetap tinggi.
Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, posisi cadev tersebut akan semakin memperkuat kemampuan Indonesia dalam memenuhi kewajiban luar negerinya. “Seperti pemenuhan impor plus pembayaran kewajiban utang luar negeri pemerintah, setidaknya untuk tujuh bulan ke depan atau jauh di atas ambang batas yang hanya tiga bulan,” katanya, kemarin. Dengan kondisi makroekonomi domestik relatif stabil dan inflasi rendah, posisi cadev itu bisa meningkatkan kepercayaan pasar terhadap rupiah.
Baca Juga: Cadangan Devisa Indonesia Naik Jadi USD123,2 Miliar, Bos BI: Untuk Stabilkan Rupiah
Dengan demikian, nilai kurs rupiah terhadap dolar AS bisa menguat di kisaran Rp13.900-Rp14.150 pada Minggu ini. “Apalagi The Fed mungkin tidak agresif lagi menaikkan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sehingga potensi penguatan rupiah makin membesar,” ungkap dia. Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam menilai, kenaikan cadev terjadi karena pemerintah menerbitkan obligasi global, sementara di sisi lain rupiah cenderung stabil di tengah derasnya arus modal asing yang masuk. “Kembali meningkatnya cadev di awal tahun ini akan menambah confident BI dalam menjaga nilai tukar selama tahun 2019,” katanya.
Sementara itu, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia(BI) JunantoHer dia wan menuturkan, peningkatan cadev tersebut di pengaruhi oleh penerbitan sukuk global pemerintah, penerimaan devisa migas, dan penerimaan va las lainnya. Ada pun posisi cadev itu setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.