Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Vietnam Untung dari Perang Dagang, Kalau Indonesia?

Giri Hartomo , Jurnalis-Selasa, 16 Juli 2019 |14:23 WIB
Vietnam Untung dari Perang Dagang, Kalau Indonesia?
Perang Dagang AS-China (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dampak perang dagang terhadap perekonomian Indonesia sangat minim. Pasalnya, Indonesia tidak terletak di dalam rantai pasok perekonomian global.

Menurutnya, masing-masing negara memiliki dampak perang dagang yang berbeda. Namun Indonesia tidak berada di dalam rantai pasok perekonomian dunia.

“Semakin terkait suatu negara dalam rantai pasok dan perdagangan global, maka dampak perang dagang akan semakin besar. Bisa upsize ataupun downsize,” ujarnya dalam sebuah diskusi di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Selasa (16/7/2019).

Baca Juga: Impor China dari AS Turun 31% Imbas Perang Tarif

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia mengatakan, perang dagang berdampak karena keterkaitan Indonesia terhadap rantai pasok dan perdagangan global sangat rendah.

“Dalam gonjang-ganjing perang dagang kita less expose, tapi pada saat ada opportunity kita juga jadi kurang bisa untuk memanfaatkan,” kata Sri Mulyani.

Wanita yang kerap disapa Ani itu mencontohkan beberapa negara yang terkena dampak langsung adalah Singapura. Bahkan pertumbuhan ekonomi negara itu memiliki tren yang negatif sebab ekonominya tergantung pada ekspor dan impor.

Baca Juga: Kemendag China: Tarif AS Harus Dihapus demi Capai Kesepakatan Perdagangan

Tak jauh berbeda dengan negara China yang mengalami pelemahan ekonomi terbesar dalam 27 tahun terakhir. Dia mengatakan China mampu tumbuh konsisten mendekati double digit karena ketergantungannya pada dunia terutama Eropa dan AS.

Sementara itu untuk negara di Asia Tenggara seperti Thailand juga terkena imbasnya dari sisi perdagangannya. Sementara Vietnam menjadi negara yang paling mendapatkan keuntungan dari perang dagang ini. Pasalnya Vietnam akhirnya bisa masuk ke dalam rantai pasok dunia dan tingginya investasi yang masuk.

“Negara yang memiliki performa terbaik itu yang paling tergantung dengan dunia global,” kata Ani.

Oleh karena itu, Sri Mulyani menguraikan berdasarkan analisa perang dagang bisa menimbulkan beberapa potensi yang bisa Indonesia manfaatkan seandainya bisa masuk ke dalam rantai pasok global.

“Ini memiliki konsekuensi sehingga kita perlu mempersiapkan Indonesia mengambil kesempatan itu,” lanjut dia.

Sri Mulyani menegaskan agar dapat masuk ke dalam rantai pasok global, Indonesia perlu menggenjot masuknya investasi dengan terus memperbaiki faktor-faktor fundamental yang meningkatkan optimisme investor.

Saat ini lanjut Sri Mulyani, Indonesia sudah berada dalam tren yang benar. Akan tetapi membutuhkan kekuatan dan kecepatan yang lebih besar dan cepat.

Dirinya mencontohkan beberapa faktor fundamental Indonesia yang saat ini sudah positif seperti stabilnya pertumbuhan ekonomi di angka 5%, serta turunnya pengangguran menjadi 5,01% dan kemiskinan menjadi 9,41% yang menjadi level terendah dalam sejarah bangsa.

“Gini ratio juga perlahan sudah turun menjadi 0,382 dan beberapa daerah bahkan sudah rendah.Investasi itu bukan sesuatu yang tiba-tiba seperti ceplok telur yang jadi dalam 1 menit,” jelasnya.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement