Sementara itu, Kepala Kantor Manajemen Strategis dan Perumusan Kebijakan LPS Suwandi mengatakan, fraud atau penipuan menjadi penyebab utama bank di Indonesia ditutup. Faktor fraud lebih banyak dibandingkan karena kalah bersaing dan ditinggal para nasabahnya seperti yang terjadi di luar negeri. Tindakan fraud tersebut dilakukan oleh banyak pihak, mulai dari nasabah hingga direksi bank tersebut.
“Laporan keuangan jadi tidak dapat dipercaya. Misalnya kredit sebenarnya macet, tapi ditulis lancar. Setelah diselidiki langsung rasio kecukupan modalnya anjlok,” ujar Suwandi.
Lebih lanjut dia mengatakan, kecurangan umumnya terjadi pada penyusunan laporan keuangan. Secara struktur keuangan, bank yang sebenarnya sakit tersebut terlihat baik-baik saja, bahkan ada yang membukukan kenaikan pertumbuhan.
”Kalau kita lihat struktur keuangannya, ada yang datar atau bahkan naik. Karena pelaku tidak akan beraksi karena melihat kondisi keuangan, tapi karena ada kesempatan atau tata kelola yang lemah sehingga rentan,” tambahnya.
Ke depan LPS juga akan menyelesaikan infrastruktur agar bank bisa melaporkan data secara integrasi kepada LPS, Bank Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan. Rencananya, integrasi laporan secara online ini rampung pada tahun depan.
Dengan ada platform terintegrasi, bank tidak perlu lagi membuat laporan data perusahaan satu per satu ketiga institusi keuangan. Cukup dengan satu laporan, BI, OJK, dan LPS sudah bisa mengakses secara bersamaan.
Dengan integrasi ini, pekerjaan perbankan dalam mengirim data secara reguler juga akan lebih efisien. Integrasi tersebut juga membuat laporan data yang masuk jadi lebih kredibel.
(Feby Novalius)