Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Sukses Soedomo, si Bos Kapal Api yang Awali Bisnis Jadi Sales Keliling Kampung

Tim Okezone , Jurnalis-Selasa, 15 Maret 2022 |11:44 WIB
Kisah Sukses Soedomo, si Bos Kapal Api yang Awali Bisnis Jadi <i>Sales</i> Keliling Kampung
Kisah sukses bos Kapal Api. (Sumber: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Kisah sukses CEO PT Kapal Api Global Soedomo, yang mengawali bisnis kopinya dari usaha rumahan milik orang tua.

Diketahui, Soedomo lahir dari pasangan Go Soe Loet dan Poo Guan Cuan.

Ayah Soedomo memutuskan untuk memberikan nama Kapal Api karena erat dengan kenangan alat transportasi yang digunakan pria asal Fujian, China itu saat berlayar ke Indonesia.

Kala itu, Go Soe Loet dan dua saudaranya naik kapal api ke Hindia Belanda tahun 20-an.

 BACA JUGA:6 Cara Mengatasi Kecanduan Kopi Setiap Hari, Jangan Tunggu Sampai Insomnia!

Di mana dia memulai usaha kopi itu dilakukan di rumahnya yang tidak terlalu besar, hanya berukuran 7 x 70 meter di daerah Pecinan, Surabaya.

Lalu, Soeomo diminta membantu orang tuanya dalam bisnis kopi tersebut.

“Saya masih sekolah, lalu sempat kerja di tempat orang lain satu tahun. Kalau hari libur, Sabtu dan Minggu, saya narik bemo rute Jembatan Merah ke Wonokromo, lalu ke Mojokerto,” ujarnya.

Pada tahun 1967, Soedomo mulau sering membantu orang tuanya.

“Saya anak kampung, bukan anak kuliahan. Jadi, cara membantu orang tua ya antara lain dengan menjadi salesman. Keliling kampung dan pelabuhan Tanjung Perak jual kopi pakai sepeda onthel,” ungkapnya.

Akhirnya, di tahun 1975, ayahnya berhasil membangun pabrik berkat usaha kopi itu.

“Ketika pabrik Kenjeran sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan, kami bangun pabrik yang lebih besar di Sepanjang, Sidoarjo,” bebernya.

 BACA JUGA:Mengenal Stasiun Kopi Balapan, Tempat Nongkrong Asyik di Surakarta

Kapal Api pun mulai dipasarkan di iklan TV nasional.

“Tahun 1975 adalah tahun booming, setelah memasang iklan di TVRI, menggunakan bintang iklan pelawak Srimulat. Namanya Paimo. Jargon yang terkenal ketika itu ‘Kopi Kapal Api Jelas Lebih Enak’. Suara Paimo yang khas sangat menarik. Sejak itu, omzet Kapal Api naik tajam,” jelasnya.

Tapi, Soedomo juga sempat dituding memiliki sifat arek sempel atau kegilaan seseorang.

Hal itu sampai jadi sorotan tetangganya.

“Anakmu yang satu ini memang arek sempel. Hati-hati lho, nanti bisa bangkrut,” ucapnya menirukan perkataan tetangga dulu.

Namun, Soedomo tak peduli dan terus melanjutkan kerjanya.

Dia mendatangkan mesin roasting kopi dari Jerman, ada banyak efisiensi yang bisa dilakukan. Artinya ada banyak penghematan.

Menurutnya, itu agar kapasitas produksi juga bisa ditingkatkan.

Dengan efisiensi di satu sisi, serta peningkatan kapasitas produksi di sisi yang lain, Soedomo yakin, investasi di mesin roasting itu bisa segera kembali modal.

Soedomo pun memberitahu sempat ada tawaran untuk Kapal Api punya kebun sendiri.

Ajakan itu datang dari pemerintah yang akan memberi fasilitas pendanaan melalui Bank Bumi Daya.

“Saya sempat bilang, bagaimana kalau gagal? Sebab saya tidak punya pengalaman berkebun kopi,” bebernya.

Karena itu suatu keharusan, Soedomo melaksanakan. Tapi, tidak mau asal membangun perkebunan kopi.

Untuk itu ia pergi ke sejumlah negara untuk studi banding. Yang utama dia datangi negeri Belanda.

“Sudahlah. Pendek kata, kalau mau tahu bagaimana Indonesia di masa lalu, pergilah ke Belanda, terutama di Pusat Arsip Nasional Belanda,” katanya.

Selama di Belanda itu, Soedomo mendapati catatan-catatan tentang perkebunan kopi.

Dia mencatat soal dibangunnya sejak kapan, pemiliknya siapa, kapasitas produksinya berapa, sampai bayar pajaknya berapa.

“Dari catatan itu saya putuskan ke Toraja Sul Sel. Kopi Toraja kan memang sangat terkenal sejak dulu,” ungkapnya.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement