JAKARTA - New York resmi memperpanjang keunggulannya menjadi pusat keuangan top dunia.
Untuk posisi kedua ada London yang telah dikalahkan dengan saingan yang semakin kompetitif di Amerika Serikat dan Asia itu.
Berdasarkan Indeks Pusat Keuangan Global (GFCI) menunjukkan pada Kamis (24/3/2022), lembaga pemikir Z/Yen Group dalam kemitraan dengan China Development Institute menunjukkan ibu kota keuangan AS memegang posisi teratas dengan 759 poin, turun 3 poin dari posisi enam bulan lalu.
Kemudian, untuk pemeringkatan didasarkan pada survei dan 150 faktor, dengan ukuran kuantitatif dari Bank Dunia, The Economist Intelligence Unit, OECD, dan PBB.
BACA JUGA:Foto Single Terpampang di New York, Jamrud Sumringah
Adapun London bertahan di tempat kedua meskipun kehilangan 14 poin menjadi 726. Penurunan serupa di waktu berikutnya akan menempatkannya di belakang Hong Kong, Shanghai dan Los Angeles, dan setara dengan Singapura, berdasarkan penampilan mereka saat ini.
Sehingga, London menjadi satu-satunya pusat Eropa yang masuk 10 besar setelah Shenzhen menggantikan Paris di peringkat 10.
Sementara, GFCI mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan mempengaruhi peringkat masa depan untuk Moskow dan St Petersburg, yang kemungkinan akan turun setelah masing-masing berada di peringkat 50 dan 110, kali ini.
Lalu, peringkat London telah diawasi ketat sejak kepergian Inggris dari Uni Eropa, yang sebagian besar memutuskan sektor keuangan Inggris dari blok tersebut.
BACA JUGA:Alasan Omar Bikin Warkop di New York
Diketahui dalam indeks peringkat fintech GFCI, sektor yang diprioritaskan Inggris dalam upayanya untuk menjaga London tetap menarik, New York dan Shanghai masing-masing mempertahankan posisi pertama dan kedua, sementara Beijing dan San Francisco mengambil alih London untuk mengambil tempat ketiga dan keempat.
Sedangkan, Brexit menyebabkan seruan dari bank-bank untuk Inggris meningkatkan daya saing ibu kota, dengan aturan pencatatan sudah dilonggarkan.
Sebagai informasi, Kementerian keuangan Inggris berencana untuk memberi regulator kewenangan daya saing formal, meskipun menjaga keamanan bank, perlindungan konsumen, dan ketertiban pasar akan tetap menjadi prioritas utama.
"Tujuan utama untuk mempromosikan daya saing adalah benar-benar ide yang buruk," kata Deputi Gubernur bank Sentral Inggris (BoE) Sam Woods minggu ini.
(Zuhirna Wulan Dilla)