JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) melaporkan bahwa harga beras pada periode Oktober - Desember cenderung mengalami kenaikan. Hal itu pertama disebabkan karena bukan musim panen.
Direktur Serealia, Direktorat Jendral Tanaman Pangan Kementan, Ismail Wahab mengatakan ada beberapa sentimen lainnya yang membuat harga beras naik dipasaran selain karena musim panen, yaitu keniakan harga BBM, serta fenomena kelangkaan pupuk.
"Bahkan tidak ada kenaikan BBM dan keniakan pupukpun memang harga gabah di musim ini menang selalu tinggi dari pada musim tanam sebelumnya," kata Ismail dalam konferensi pers virtual, Jumat (18/11/2022).
Sedangkan pada periode itu juga ditambah lagi dengan kondisi kenaikan harga BBM dan juga harga pupuk yang membuat pemerintah makin irit dalam memberikan pupuk bersubsidi.
BACA JUGA:Heboh Stok Beras Menipis, Ini Penjelasan Kementan
"Itu untuk mengompensasi penggunaan pupuk non subsidi tadi, mereka menjual harga gabahnya relatif lebih tinggi dari sebelumnya," lanjut Ismail.
Oleh karenanya, Ismail berharap masyarakat terutama BUMN pangan bisa melihat kondisi demikian dan bisa menyerap beras dari petani sesuai dengan harga pasar.
"Memang dampak keniakan BBM ini tidak bisa kita pungkiri, kita baru rapat dengan penyedia benih, saya tanya, memang berapa harga upah sekarang, rata-rata sudah naik menjadi Rp25 ribu perhari, otomatis mereka akan memberikan harga yang berbeda," kata Ismail.
"Dari segi produksi cukup, tetapi ada komponen-komponen yang membuat cost itu naik, otomatis harga naik," lanjutnya.
Lebih lanjut Wahab mengungkapkan kondisi ini kadang membuat BUMN pangan seperti Bulog kerap tidak mau membeli beras dari penggilingan dengan harga yang naik akibat sentimen tersebut.
Sehingga hal itu juga yang kadang membuat Bulog tidak bisa memenuhi tambahan stok beras cadangaan.
Padahal Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah menginstruksikan BUMN pangan untuk menyerap pangan lokal.
"Harga di luar sudah Rp10 ribu, Bulog mau ngambilnya Rp9.700," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)