JAKARTA - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) anggaran hingga USD600 juta atau setara Rp9,06 triliun (kurs Rp15.100 per USD) untuk belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini. Belanja modal tersebut untuk keperluan rutin dan ekspansi, terutama untuk bisnis pertambangan, jasa pertambangan dan logistik.
Dikutip dari IDX 1st Session Closing, Senin (20/2/2023), namun belanja modal ini tidak termasuk belanja modal untuk proyek transformasi bisnis di Kalimantan Utara.
"Adaro memiliki beberapa proyek yang akan dilaksanakan di kawasan industri ini, termasuk smelter aluminium dan PLTU yang menjadi sumber energinya, serta PLTA," ujar Sekretaris Perusahaan Adaro Energy Indonesia Tbk, Mahardika Putranto.
Sementara itu, emiten milik Garibaldi Thohir ini menetapkan target penjualan batu bara di angka 62—64 juta ton pada tahun ini.
Target tersebut terdiri dari 58–60 juta ton batu bara termal dan 3,8–4,3 juta ton batu bara metalurgi dari Adaro Minerals Indonesia (ADMR). Angka ini tidak termasuk target tambang Kestrel yang ditetapkan 6 juta ton.
Sebagai perbandingan, ADRO mencatat volume penjualan batu bara sebesar 61,34 juta ton sepanjang 2022 atau naik 19% dari 51,58 juta ton pada 2021.
Pertumbuhan penjualan terutama didorong oleh produk batu bara termal CV menengah (4700 ke atas) yang meningkat 22% menjadi 44,91 juta ton pada 2022 dibandingkan 36,77 juta ton pada 2021.
Sekadar informasi, pada tahun 2022 Adaro mencatat rekor tertinggi dengan produksi batu bara mencapai 62,88 juta ton atau naik 19% dibandingkan produksi pada 2021 sebesar 52,7 juta ton.
Realisasi itu juga melampaui panduan yang ditetapkan sebesar 58–60 juta ton pada 2022.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)