SURABAYA - Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak menyatakan bahwa, sektor minyak bumi dan gas (migas) masih sangat berpengaruh dalam fluktuasi angka pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur.
Dia bercerita, pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur pernah mencapai 6% beberapa waktu lalu, dan menjadikan angka tertinggi di seluruh Indonesia. Namun angka tersebut tak termasuk sektor migas.
"Nah setelah dimasukan sektor migas, angkanya jadi anjlok, karena migas di waktu itu ada gangguan produksi, longsor pipa dan gangguan lain, sehingga angkanya jadi mengganggu pertumbuhan ekonomi," katanya dalam Forum Kapasitas Nasional, di Surabaya Jawa Timur, Selasa (23/5/2023).
"Artinya pertumbuhan migas jadi driver ekonomi yang besar, harapan kita tentu dengan kapasitas nasional sekarang ini maka akan semakin menimbulkan multiplier efect dari industri migas tersebut," katanya.
Jatim sendiri mencatatakan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2023 sebesar 4,95% (yoy) dibandingkan kuartal I-2022.
Emil menyebutkan, Jatim tak mencapai angka 5% karena di 2023 ada efek dari represi ekonomi global yang melambat
"Akibat dari kebijakan-kebijakan federal bank dari berbagai negara-negara maju terutama yang meningkatkan suku bunga secara luar biasa, dan efeknya akan terasa mulai sekarang," ungkapnya.
Meski gak mencapai angka 5%, Emil menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur masih positif dibandingkan kuartal IV di 2022.
"Tapi kita PR-nya adalah inflasi, inflasi sempet mengalami spike di kuartal pertama, sekitar April ada spike menjelang akhir 2022, spike inflasi ini global fenomena, termasuk harga kenaikan harga BBM sempet terjadi. Sehingga akhirnya waktu kita mengukur harga Januari Februari Maret April itu pembanding harganya masih belum mengalami spike," paparnya.
Emil melanjutkan spike besar juga terjadi di September dan Oktober. Hal ini membuat harga di Januari-Februari terkesan masih tinggi. Namun Emil memastikan bahwa tren pertumbuhan ekonomi di Jatim masih positif.
"Artinya kita bisa optimis inflasi akan semakin turun di Jatim, pertumbuhan bertahan atau naik dari angka 4,95% akan memberikan real economic growth pada Jatim," ulasnya.
(Taufik Fajar)