Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Jokowi Luncurkan INA Digital: Setop Bikin Aplikasi Baru, Pemborosan Uang Negara

Raka Dwi Novianto , Jurnalis-Senin, 27 Mei 2024 |11:56 WIB
Jokowi Luncurkan INA Digital: Setop Bikin Aplikasi Baru, Pemborosan Uang Negara
Jokowi luncurkan platform INA Digital (Foto: MPI)
A
A
A

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan Government Technology (GovTech) Indonesia bernama INA Digital. Dia pun meminta semua kementerian dan lembaga untuk tidak lagi membuat aplikasi atau platform baru mulai tahun ini.

Hal itu dikarenakan setiap kementerian lembaga bisa membuat aplikasi hingga ribuan dan bisa menghabiskan anggaran hingga triliun rupiah. Hal tersebut disampaikan Jokowi dalam acara Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) Summit 2024 dan peluncuran Government Technology (GovTech) Indonesia pada hari ini.

"Oleh sebab itu perlu saya sampaikan mulai tahun ini sudah saya sampaikan di Januari yang lalu, mulai tahun ini berhenti membuat aplikasi baru, mulai tahun ini berhentilah membikin platform-platform baru. Stop. Karena tadi 27 ribu aplikasi yang ada," kata Jokowi, Senin (27/5/2024).

"Tahun ini saja kemarin kita cek waktu membikin anggaran ada Rp 6,2 triliun yang akan dipakai untuk membikin aplikasi baru. Di satu kementerian ada lebih dari 500 aplikasi, bayangkan," tambahnya.

Menurut Jokowi, banyaknya aplikasi yang dibuat oleh kementerian lembaga dikarenakan setiap adanya pergantian menteri ataupun dirjen selalu muncul aplikasi baru.

"Karena setiap, mungkin dulu setiap ganti menteri ganti aplikasi ganti dirjen ganti aplikasi. Sama di daerah ganti gubernur ganti aplikasi, ganti kepala dinas ganti aplikasi. Orientasinya selalu proyek. itu yang kita hentikan dan tidak boleh diteruskan lagi," ungkapnya.

Jokowi menekankan bahwa kehadiran birokrasi seharusnya untuk melayani dan tidak mempersulit ataupun memperlambat pelayanan untuk masyarakat.

"Saya ingin menggarisbawahi, ingin menekankan kembali bahwa kehadiran birokrasi itu harusnya melayani, bukan mempersulit dan bukan malah memperlambat," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, seharusnya yang menjadi tolak ukur adalah kepuasan masyarakat, manfaat yang diterima masyarakat, hingga kemudahan urusan masyarakat.

"Tapi bagaimana bisa lebih mudah kalo di kementerian, di lembaga, di pemerintahan daerah provinsi kabupaten kota ini ada kurang lebih 27 ribu aplikasi. 27 ribu platform yang berjalan sendiri-sendiri. yang kerjanya juga sendiri-sendiri. Gak akan mungkin tadi yang saya sampaikan mempermudah mempercepat, enggak. Tidak terintegrasi dan bahkan banyak yang justru tumpang tindih," kata Jokowi.

Maka dari itu, kata Jokowi perlunya memperkuat digital public infrastructure untuk digitalisasi pelayanan publik di Indonesia dan juga meningkatkan daya saing.

"Kita juga harus memperkuat govtech kita. satu portal terintegrasi yang kita namakan Ina digital. Yang di situ ada layanan pendidikan, layanan kesehatan, ada layanan izin usaha ada perpajakan dan lain-lainnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement