Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

9 Master Plan Kawasan Industri Rampung Tahun Ini

Sandra Karina , Jurnalis-Kamis, 24 Mei 2012 |17:50 WIB
9 <i>Master Plan</i> Kawasan Industri Rampung Tahun Ini
Ilustrasi. Foto: Koran SI
A
A
A

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan sembilan rencana induk (master plan) pengembangan kawasan industri bisa rampung pada tahun ini.

Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kemenperin Dedi Mulyadi mengatakan, sembilan master plan kawasan industri itu adalah Siak, Riau untuk industri penunjang migas, industri tekstil kering di Boyolali, Jawa Tengah, industri timah di Bangka, Bangka Belitung, Sei Bamban, Sumatera Utara untuk industri karet.

Kemudian Majalengka, Jawa Barat industri tekstil kering basah, industri petrokimia berbasis gas di Gresik, Jawa Timur dan Bintuni, Papua, industri feronikel di Buli, Halmahera Tenggara, dan besi baja di Kulon Progo, Yogyakarta.

"Saat ini pengembangan kawasan industri masih dalam tahapan penyusunan master plan. Tahun ini ditargetkan sembilan master plan bisa selesai,” kata Dedi di Kemenperin, Jakarta, Kamis (24/5/2012).

Setelah penyusunan master plan, lanjutnya, akan dilakukan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal), rencana strategis, rencana kelayakan, lalu melakukan penawaran kepada para calon investor.

"Prosesnya mulai dari studi potensi termasuk harga tanah, infrastruktur, lalu susun master plan, buat amdal, rencana strategis, rencana kelayakan, baru jual," jelasnya.

Sementara untuk Boyolali, kata dia, selain master plan, pihaknya juga tengah menyelesaikan detail engineering design (DED). Kemudian, lanjutnya, baru masuk tahap pembuatan amdal dan aspek sosial.

"Luas lahan potensial yang bisa dimanfaatkan di Boyolali untuk kawasan industrinya sekira 272-300 hektare (ha). Kawasan itu difokuskan untuk industri tekstil kering seperti garmen karena suplai airnya sedikit," tuturnya.

Dedi menyebutkan, pihaknya dan sejumlah investor tekstil telah mengunjungi Boyolali pada beberapa waktu lalu. Pasalnya, wilayah Bandung Selatan yang saat ini didominasi pabrik tekstil, terus mengalami banjir dan juga kenaikan upah tenaga kerja di wilayah Jabodetabek, sehingga para investor berencana untuk merelokasi pabriknya ke Boyolali.

"Kawasan itu dirancang untuk industri berbasis TPT yang terintegrasi. Termasuk, menyiapkan infrastruktur dan fasilitas berupa pusat pelatihan dan inovasi. Boyolali bisa menyerap tenaga kerja 30 ribu orang. Di Boyolali ada dua alternatif yakni apakah gunakan balai di Semarang atau dibentuk di Boyolali. Daya minat orang ke tekstil kecil, tapi daya serap di tekstil besar," paparnya.

Sedangkan Siak, lebih lanjut Dedi mengatakan, dalam master plan ada lahan seluas 1.500 ha yang bisa digarap untuk kawasan industri. Sedangkan lahan yang berpotensi untuk digarap adalah 5.000 ha. Dia menjelaskan, awalnya, pemerintah daerah (pemda) yang mengusulkan agar lahan itu bisa dikembangkan. Pemda, kata dia, sudah menguasai lahan sekira 100 ha.

Dia menambahkan, saat ini sudah ada empat perusahaan yang bergerak di sektor migas di Siak, yakni PT Bumi Siak Pusako, PT Petro Selat, PT CPE, dan PT Kundor Petroleum SA.

"Angka investasinya sulit diprediksi. Misalnya, harga lahan per meter per segi di sana sekira Rp20 ribu. Tapi, kalau lahan untuk infrastruktur, setidaknya senilai Rp300 ribu per meter per segi. Totalnya kira-kira Rp3,2 triliun. Tapi secara bisnis kan tidak semua lahan dipakai. Akan dilakukan bertahap," pungkasnya.

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement