JAKARTA - Pasca mengalami pelemahan, laju nilai tukar Rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) mampu kembali ke zona hijau sepanjang pekan kemarin. Laju nilai tukar Rupiah di awal pekan kemarin mampu melanjutkan penguatan berbanding terbalik dengan laju IHSG yang terpuruk ke zona merah.
Adanya rilis kinerja dari beberapa emiten yang di bawah estimasi dan rilis penurunan markit services PMI AS, serta masih adanya potensi ketegangan di Ukraina memberikan tambahan sentimen negatif bagi mata uang dolar AS.
"Pelaku pasar cenderung wait & see terhadap rilis data-data terkait pending home sales dan ekspektasi atas data-data AS lainnya sehingga memberikan tekanan pada laju dolar dan Rupiah pun memanfaatkan kondisi tersebut untuk bergerak naik," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada dalam riset, Minggu (4/5/2014).
Laju nilai tukar Rupiah jelang libur MayDay bergerak dalam zona hijau seiring respon pelaku pasar terhadap rilis lebih rendahnya CB consumer confidence dan Case Shiller Home price AS yang membuat nilai dolar bergerak melemah.
Belum terlalu kuatnya data-data ekonomi AS membuat banyak spekulasi di pasar akan tertundanya pemangkasan stimulus sehingga nilai US$ pun melemah dan dimanfaatkan oleh laju mata uang lainnya, termasuk Rupiah untuk menguat.
Terapresiasinya Rupiah juga didukung pernyataan World Bank yang menanggapi positif adaptasi pengelolaan risiko Indoneisa. "Rupiah bertahan di atas target support Rp11.617, dan dalam kisaran Rp11.605-Rp11.528 (kurs tengah BI)," ungkap Reza.
Rupiah akhirnya mampu bertahan dari potensi pelemahannya. Di pekan depan, diharapkan rilis GDP Indonesia dapat membuat Rupiah mampu mempertahankan kenaikannya, namun rilis GDP tersebut sesuai dengan perkiraan pelaku pasar.
(Rizkie Fauzian)