Istri Jero Ikut "Jualan" Kenaikan BBM

JAKARTA - Menjadi istri Menteri ESDM, Triesna Wacik, tidak lupa melakukan sosialisasi kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di lingkungan di mana dirinya bergaul.

Selain kepada keluarga, Triesna juga melakukan sosialisasi tentang BBM tersebut kepada berbagai lingkungan termasuk arisan.
"Saya kan lingkup pergaulan ibu-ibu, bidang kebudayaan, ada grup tari, kerajinan, arisan juga punya, jadi lingkungan itulah saya bisa bicara selain keluarga," ungkap Triesna kala ditemui di Gedung Menko Perekonomian, Jakarta, Rabu (28/3/2012).

Adapun cara sosialisasi yang dilakukan terkait kenaikan harga BBM tersebut didapatkan dari Jero Wacik. Sehingga, dirinya menjadi tahu bagaimana caranya untuk melakukan sosialisasi kepada lingkungannya.

"Jadi saya juga dengan bahasa yang sederhana, yang bisa diterima ibu-ibu, saya terangkan ke ibu-ibu, jadi sebetulnya menyelamatkan perekonomian negara, mengurangi subsidi yang diprediksi sangat tinggi hingga bisa mengambrukkan perekonomian negara," katanya.

"Namun bukan berarti mengurangi subsidi ada yang tersisa, subsidi tetap, malah naik dari Rp123 triliun, jadi Rp137 triliun sekian, subsidi naik, tapi tidak senaik Rp170 triliun. Jadi itu bahasa saya seperti itu," paparnya.

Selain dia, adiknya juga ikut melakukan sosialisasi terkait kenaikan harga BBM, di mana salah satunya yaitu terkait konversi dadi BBM kepada BBG.

"Ada adik ipar saya sudah gunakan converter kit di mobilnya, dia bilang kerasa banget ya mau ubah dari minyak ke gas. Dia bilang, rumah di Bintaro anaknya sekolah di Kebayoran Lama, antarjemput, pengajian, ke supermarket biasanya kalau pakai BBM Rp100 ribu, malam beli, besok malamnya beli lagi. Menggunakan converter kit, pakai gas Rp100 ribu bisa sampai tiga hari," ungkapnya.

Menurutnya, memang saat ini converter kit, masih mahal, namun dia tetap menganjurkan ke teman-temannya. "Sama seperti beli handphone deh, dulu waktu baru datang mahal, tapi makin lama makin murah, tetapi untuk kegiatan sehari-hari akan sangat meringankan," pungkasnya.

(Martin Bagya Kertiyasa)