Liabilitas atau utang jangka panjang PLN sendiri totalnya sebesar Rp381,5 triliun, dengan rincian pendapatan ditangguhkan Rp26,56 triliun, liabilitas pajak tangguhan bersih Rp3,76 triliun dan utang jangka panjang setelah dikurangi bagian jatuh tempo dalam satu tahun dengan penerusan pinjaman Rp28,21 triliun.
Selanjutnya, utang kepada pemerintah Rp8,48 triliun, utang sewa pembiayaan Rp129,8 triliun, utang bank dan surat utang jangka menengah Rp70,726 triliun, utang obligasi Rp81,2 triliun, utang listrik swasta Rp6,599 triliun, utang pihak berelasi Rp7,17 miliar, liabilitas imbalan kerja Rp26,14 triliun dan utang lain-lain Rp9,73 miliar.
Sementara untuk liabilitas jangka pendek totalnya Rp89,488 triliun. Di mana utang usaha dari pihak berelasi Rp8,73 triliun, dari pihak ketiga Rp14,89 triliun, utang pajak Rp1,47 triliun, biaya masih harus dibayar Rp8,45 triliun, serta uang jaminan langganan Rp10,60 triliun.
Lalu utang jangka panjang jatuh tempo dalam satu tahun dari penerusan pinjaman Rp1,79 triliun, utang kepada pemerintah Rp146,89 miliar, utang sewa pembiayaan Rp5,122 triliun, utang bank dan surat utang jangka menengah Rp14,670 triliun, utang obligasi Rp1,500 triliun, utang listrik swasta Rp282,9 miliar, utang pihak berelasi nol, liabilitas imbalan kerja Rp2,602 triliun, utang lain-lain Rp18,129.
Total utang di kuartal III-2014 tersebut tentunya sangat melonjak tinggi jika dibandingkan dengan total utang pada saat 30 September 2011 yang sebesar Rp265,424 triliun. Di mana dari total tersebut liabilitas atau utang tidak lancar PLN mencapai Rp176,165 triliun, dan total liabilitas lancar Rp89,258 triliun.