Dikutip dari Akun resminya @ChatibBasri mengatakan Indonesia jangan terbuai dengan pencapaian surplus. Sebaiknya Indonesia harus tetap fokus pada perbaikan ekspor.
"Saya kira ada berita baik untuk Indonesia, neraca perdagangan surplus USD1,13 miliar. Ini baik sekali. Namun ada baiknya kita tetap hati-hati, mengapa? Karena suprlus yang besar ini, lebih didorong oleh penurunan impor yang tajam ketimbang perbaikan ekspor," kata dia di Twitter, Rabu (15/4/2015)
Lebih lanjut, dia mengatakan, jika melihat data, pada Maret 2015 (yoy) ekspor minus 6,6 persen, sedangkan impor dalam periode sama minus 13,39 persen.
Pada Januari-Maret 2015 (yoy) ekspor minus 11,67 persen, sedangkan dalam periode yang sama impor minus 15,1 persen. Penurunan impornya lebih tajam, katanya.
"Nah mengapa perlu hati-hati? Karena komponen impor terbesar adalah barang modal dan bahan baku. Impor barang modal tumbuh -10,3 persen dan bahan baku -16,1 persen," imbuhnya.
Menurutnya kalau impor barang modal, bahan baku turun perusahaan mengurangi pembelian bahan baku dan modal.
"Karena itu kita surplus neraca perdagangan ini bisa jadi indikasi awal perlambatan pertumbuhan ekonomi," tukasnya.
Seperti diketahui, hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus di angka USD 1,13 miliar di bulan Maret 2015. Ini merupakan kali ke 3 dalam tahun ini neraca perdagangan Indonesia surplus.
(Rizkie Fauzian)