NEW JERSEY - Dikenal sebagai orang yang berhasil membalikan nasib perusahaan setelah perusahaan mengalami kerugian selama empat tahun berturut-turut, CEO Hitachi, Hiroaki Nakanishi kini tengah mempersiapkan perusahaan yang dipimpinnya tersebut untuk menjadi perusahaan konglomerat Jepang. Dia berencana akan menjadikan perusahaan untuk membuat segala sesuatu mulai dari lift hingga pembangkit nuklir, sebagai tantangan berikutnya.
Sebagaimana diketahui, Hitachi akhirnya berhasil membukukan laba operasional sebesar 600,4 miliar yen atau setara USD4,89 miliar (Rp67,239 triliun mengacu kurs Rp13.750 per USD) pada tahun fiskal 2014 setelah mengalami kerugian sejak 2008 akibat krisis global yang terjadi ketika itu dan penurunan pada divisi produk konsumen seperti unit TV layar datar dan produksi peralatan rumah tangga.
Seperti dilansir dari CNBC, Nakanishi mengaku belum selesai men-transformasi Hitachi. Dia berencana akan terus membawa perusahaan konglomerat jauh dari pasar domestik. Pasalnya, potensi bisnis di negeri sendiri telah berkurang akibat populasi yang telah menyusut.
Untuk mempercepat rencana ekspansi global, pada Februari, Hitachi berbelanja royal-royalan hampir 260 miliar yen untuk membeli perusahaan yang memproduksi kereta api dan unit persinyalan dari perusahaan pertahanan dan penerbangan asal Italia bernama Finmeccanica. Akuisisi ini menjadi salah satu akuisisi termahal yang pernah Hitachi lakukan.
Menurut Japan Times, pengambilalihan tersebut harus bernilai lebih dari dua kali lipat pendapatan usaha rel Hitachi untuk sekitar 400 miliar yen per tahun. Hal ini dilakukan agar memberikan perusahaan suatu pijakan yang lebih baik di pasar Eropa.
Saat ini, pasar kereta api dunia yang didominasi oleh Bombardier Kanada, Siemens Jerman dan Alstom Perancis, yang dikenal sebagai "Big Three."
"Pengelola Railway semakin mendunia, dengan persaingan semakin parah sehingga dalam kasus ini, kita perlu senjata yang berbeda. Finmeccanica memiliki dua perusahaan, antara lain perusahaan sinyal yang menguntungkan, sesederhana itu, dan untuk perusahaan lokomotif, kami membutuhkan kapasitas untuk lokomotif manufaktur," kata Nakanishi.
"Eropa adalah pasar yang sangat penting tetapi Alstom dan Siemens dua raksasa besar. Itu tidak mudah Kita perlu mendirikan basis di negara lain sehingga cukup keputusan alami untuk membeli Finmeccanica," tambahnya.
Hitachi juga melakukan akuisisi unuk memenangkan persaingan dengan sejumlah perusahaan China yang cukup tangguh, seperti perusahaan raksasa bernama CRRC Corp yang bernilai USD130 miliar. CRCC Corp telah dibangun sejak awal tahun ini dan merupakan penggabungan produsen kereta daratan milik negara CSR dan CNR. Serikat kedua perusahaan ini dirancang untuk memungkinkan China untuk bersaing lebih agresif untuk penawaran rel luar negeri atas dasar skala ekonomi, tetapi Nakanishi percaya bahwa Hitachi masih memiliki keunggulan.
"Dalam kasus bisnis kereta api, biaya kami kompetitif. China mungkin memiliki harga yang sangat agresif untuk mengatasi beberapa negara-negara berkembang, tapi kami masih memiliki keunggulan teknis," katanya.
(Fakhri Rezy)