JAKARTA - PT Soechi Lines Tbk (SOCI) genap setahun melantai di bursa saham Indonesia. Banyak suka duka yang terjadi selama pelayaran Soechi Lines di Pasar Saham Indonesia.
Direktur Keuangan PT Soechi Lines Tbk (SOCI) Paula Marlina pun mengisahkan bagaimana perjalanan Soechi Lines selama setahun belakangan.
Satu tahun listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), apa yang dirasakan sampai sejauh ini?
Tentunya banyak sekali perubahan dari PT Soechi Lines dari perusahaan tertutup jadi perusahaan terbuka. Perusahaan lebih di accountability-nya juga menjadi lebih transparan dan dipercaya baik itu oleh customer, karyawan kita dan tentunya investor.
Bisa dijelaskan bagaimana sebenarnya kondisi untuk SOCI, bisa tetap tumbuh di tengah perlambatan ekonomi yang terus berlanjut sampai saat ini?
Mungkin sebelum menjawab pertanyaan itu, saya jelaskan sedikit tentang bisnis PT Soechi Lines Tbk sendiri. Jadi, main business Soechi Lines adalah di usaha jasa pelayaran, kapal untuk muatan cair. Jadi melalui kapal-kapal tanker yang dimiliki perseroan, kami menyediakan jasa angkutan cair baik itu minyak dan gas, untuk mendistribusikan ke seluruh pelosok untuk konsumsi masyarakat indonesia.
Ini yang sudah PT Soechi Lines mainkan selama 35 tahun sampai hari ini. Nah, tentunya konsumsi masyarakat indonesia untuk minyak dan gas ini setiap tahunnya itu bisa dibilang bertambah terus. Jadi, pasti yang namanya volume bertambah, demand untuk angkutan jasa kapalnya juga bertambah. Kurang lebih itu yang menjelaskan bagaimana peningkatan untuk PT Soechi Lines sendiri.
Selain itu, sekarang Soechi Lines juga mendiversifikasikan bisnis usahanya ke galangan kapal. Jadi, galangan kapal itu difokuskan untuk jasa mereparasi dan maintenance kapal-kapal yang sudah ada di indonesia. Jadi, memang sejak cabotage dari 2008, kita implementasikan asas cabotage dan itu sangat sukses sekali.
Mungkin untuk sekarang ini sudah hampir 99 persen semuanya daerah yang beroperasi di Indonesia menjadi bendera Indonesia. Sehingga, kalau kita lihat statistiknya penambahan kapal itu dari 2008 sampai sekarang itu dari jumlahnya saja sudah dua kali lipat.
Nah, kalau kita lihat dari kapasitas, bahkan sudah tiga kali lipat. Nah, untuk setiap kapal itu kan secara berkala maintain dan harus masuk untuk di-maintain. Sehingga kita melihat opportunity kapal juga masih sangat besar dengan pertumbuhan jumlah kapal yang masuk ke Indonesia.
Core business SOCI, Anda katakan lebih mendistribusikan berupa gas ataupun minyak. Artinya dari SOCI tidak begitu terpengaruh dengan pelemahan harga komoditas kemudian juga harga minyak mentah yang sudah menyentuh di level di bawah USD40 per barel?
Memang penyedia jasa angkutan kapal itu bergerak paralel dengan komoditasnya. Sebenarnya, bukan dengan harganya tapi lebih ke volume. Memang banyak harga komoditas turun, volume-nya juga turun. Nah sehingga demand untuk jasa kapalnya itu sendiri ikut turun. Kalau minyak dan gas ini sebenarnya agak turun, volume tidak turun. Sehingga penyedia jasa kapalnya tetap ikutan masih menyesuaikan dengan volume yang dikonsumsi, kurang lebih seperti itu.
Galangan kapal merupakan diversifikasi SOCI sejak kapan?
Jadi perusahaan galangan kapal kami tahun 2009. Waku 2009 kita mulai akuisisi bakalan tanah kemudian kita kembangkan, kita land clearing dulu dan juga kita reklamasi karena untuk kebutuhan galangan kapal harus direklamasi untuk dapat kedalaman air tertentu supaya kapal besar bisa masuk. Dan sampai saat ini kami sedang menjalankan pembangunan kapal baru. Jadi sudah start, akhir 2013 kita mendapat kontrak untuk pembangunan kapal baru dan kemudian disusul tahun lalu dan fakta pembangunan kapal itu dua tahun sampai sekarang masih dalam progress pembangunan kapalnya.
Dengan dilakukannya diversifikasi usaha, membuka usaha galangan kapal, diharapkan kontribusinya seperti apa ke depannya kepada perseroan? Apakah ini menjadi core utama dari SOCI atau mungkin tetap terhadap distribusi migas?
Tetap kita melihat untuk jasa pelayaran ini masih akan menjadi main core business kami yang sudah kami jalani 35 tahun terakhir dan kita masih melihat prospek ke depannya untuk angkutan laut, khususnya muatan cair ini masih sangat bagus prospeknya. Sehingga mungkin galangan kapal ini masih akan tetap jadi yang second line business saja.
Permintaan domestik 2015, kemudian proyeksi pangsa pasar di 2016 seperti apa?
Jadi, memang untuk permintaan oil tanker khususnya untuk angkutan minyak dan gas, kita mengikuti konsumsi energi dari yang dipakai untuk masyarakat Indonesia. Jadi, kalau kita lihat lima tahun belakangan ini, menurut statistik konsumsi energi Indonesia, rata-rata meningkat enam persen setiap tahunnya. Nah, lima tahun terakhir berkisar cukup stabil di angka enam persen.
Tetapi kalau kita lihat belakangan ini pemerintah sangat men-support untuk program-program tol laut dan infrastruktur. Kita memprediksi bahwa permintaan untuk konsumsi minyak dan gas sendiri kemungkinan akan bertambah. Mungkin bisa melebihi 6 persen.
Karena yang namanya infrastruktur itu tentunya sumber energi yang dipakai masih pakai minyak dan gas. Apalagi sekarang harganya relatif murah cenderung orang akan lebih memilih kembali memakai minyak dan gas dibanding substitusi energi lainnya.
Dan program-program tol laut yang sudah disupport pemerintah, antara lain dengan pembangunan pelabuhan dan juga penambahan kapal itu sendiri, juga akan menambah permintaan dari konsumsi dari minyak dan gas sendiri. Jadi, kalau kita lihat tahun depan harusnya permintaan untuk jasa angkutannya sendiri tentunya akan cukup meningkat.
Nah, jasa angkutan di sini kan tidak hanya minyak mentah, tapi juga kita mengangkut dari minyak mentah sampai produk-produk olahan turunannya. Sehingga, demand-nya ini banyak multiplier effect-nya. Mulai dari minyak mentah, penambahan, lalu minyak turunan dan olahannya juga ikut menambah. Nah, pengadaan dari kapal masing-masing untuk produk itu juga berbeda-beda. Jadi, tentu kita melihat akan ada penambahan kapal dari berbagai macam tipe jenis minyak itu sendiri juga.
Berapa penambahan armada yang akan dilakukan SOCI untuk tahun 2016 mendatang?
Kalau dilihat dari lima tahun terakhir, rata-rata penambahan kapal SOCI, kadang-kadang tergantung size ya. Kalau misalkan size yang kita beli cenderung lebih besar mungkin jumlahnya lebih kecil. Tapi mungkin kalau ukuran-ukuran yang menengah ke bawah dari segi jumlah bisa lebih banyak. Kurang lebih biasanya kita bisa beli antara 3-5 unit. Tapi kita harapkan tahun depan bisa lebih dari itu.
Dari ukurannya lebih besar dan menengah dan kecil, sementara yang digunakan yang dimiliki SOCI?
SOCI punya berbagai macam varian ukuran dan juga tipe kapal. Mulai dari yang paling besar yaitu VLCC (Very Large Crude Carrier) untuk mengangkut muatan minyak mentah itu ukurannya 300.000 DWT. Dan saat ini perusahaan mempunyai dua unit VLCC. Nah, ukuran berikutnya adalah ukuran-ukuran yang aframax yang 100.000 DWT.
Sekarang ini perusahaan mempunyai enam unit dengan ukuran itu. Sisanya lebih ke ukuran menengah, 30.000 sampai 50.000 dan ukuran kecil-kecil untuk yang angkutan produk-produk seperti chemical product. Nah itu jumlahnya lebih banyak tapi size-nya cenderung lebih kecil dari 2.000 DWT ke bawah.
Kalau kita berbicara di 2016 nanti, menjelang MEA, persiapan apa yang akan dilakukan SOCI mulai dari sisi sumber daya manusia, infrastruktur, armada?
Tentunya SOCI setiap tahunnya itu selalu mengikuti perkembangan juga. Jadi, kita juga sudah mulai mempersiapkan diri semenjak cabotage itu berlaku. Kita juga memakai kesempatan untuk me-reflect kapal-kapal yang tadinya bendera asing menjadi bendera Indonesia. Dan juga perseroan juga khususnya tahun lalu kita sudah masuk ke capital market juga untuk mendapat support juga dari option-option untuk nanti pendanaan dari lewat capital market.
Sehingga dari segi operasional sendiri perusahaan juga secara bertahap terus meng-upgrade dari sertifikasi ataupun dari standard-standard nasional menjadi standard internasional. Sehingga di tahun-tahun mendatang ini sudah terbuka, kita percaya SOCI juga masih bisa ikut bermain dalam pasar yang ada.
Bagaimana perusahaan mengelola untuk transaksi valas atau melakukan hedging, pinjaman atau lebih banyak melakukan ekspor?
Jadi memang untuk laporan keuangan perusahaan itu kita pakai denominasinya mata uang USD. Jadi, dengan adanya pelemahan Rupiah, ini yang membuat ditranslasikan sebagai keuntungan kurs untuk perusahaan. Nah, perusahaan sendiri itu selalu mengupayakan naturally hedge supaya tidak ada biaya-biaya tambahan untuk hedging yang akan membebankan perseroan. Di mana ya kita lihat biaya hedging di Indonesia sekarang masih relatif cukup tinggi biayanya. Tentunya semaksimal mungkin kita akan naturally hedge saja.
Anda katakan tadi untuk penyaluran distribusi banyak dalam negeri, tapi transaksi pembayaran dalam bentuk dolar. Nah kondisi urgent ini pertimbangannya seperti apa?
Jadi memang untuk jasa transportasi itu cara perhitungan rate-nya itu masih memakai basis USD. Sehingga memang dengan demikian perusahaan masih memakai USD sebagai pencatatan laporan keuangan kami.
Meski pelamahan Rupiah terhadap USD justru menguntungkan SOCI, tapi fluktuasi nilai tukar USD masih terus terjadi?
Tentunya kita mengharapkan nilai tukar yang stabil ya. Supaya kita dapat memproyeksikan pertumbuhan dengan lebih real. Tidak memasukkan proyeksi apakah itu akan untung atau rugi dari sisi kurs. Tentunya kita harapkan kurs itu stabil.
Dengan fluktuasi harga minyak mentah dan juga sektor komoditas lainnya, masih stabil? Walau di tengah trend terkoreksinya komoditas?
Saya mau jelaskan perbedaan, memang banyak asumsi-asumsi dari orang-orang yang agak mix. Memang untuk minyak dan gas ini ada aktivitas di hulu dan hilir, upstream dan downstream. Upstream itu adalah aktivitasnya lebih ke eksplorasi, jadi memang kalau harga komoditasnya itu turun, cenderung kegiatan eksplorasi itu tertunda, diturunkan atau mungkin di-stop.
Karena mungkin tidak akan efisien lagi kegiatan-kegiatan untuk pencarian dilanjutkan dengan harga komoditi yang masih relatif rendah atau belum tahu kapan naik. Tapi untuk kegiatan downstream yang di hilir ini adalah kegiatan yang sudah beroperasi berproduksi. Cenderung kalau sudah berproduksi, mereka biasanya tidak menurunkan produksinya lagi ataupun menyetok.
Karena sekali sudah produksi, ya mereka akan terus produksi sehingga untuk distribusinya sendiri. Kita melihat masih seiring dengan kegiatan produksinya itu sendiri.
Artinya ini tidak terlalu berpengaruh signifikan?
Ya. PT Soechi Lines, kita tidak ada di kegiatan eksplorasi, kita hanya di kegiatan distribusinya saja. Sehingga makanya kita bilang kita dipengaruhi oleh volumenya. Sehingga bukan dari harga komoditasnya.
Distribusi ke beberapa daerah di Indonesia. Apa kendalanya? Apakah masih terkait juga dengan permasalahan klasik infrastruktur?
Kurang lebih memang infasruktur akan tetap masih akan menjadi masalah kalau belum ada improvement. Nah tapi tentunya PT Soechi Lines ini sudah bergerak di bidang 35 tahun. Jadi untuk operasional sehari-hari, kita juga sudah mulai mengenal risikonya dan juga untuk bisa meng-handle menyelesaikan risiko-risiko yang akan bermunculan.
(Martin Bagya Kertiyasa)