Bambang melanjutkan, sebenarnya kondisi pertumbuhan retail menurun tidak hanya terjadi di Indonesia. Negara Adidaya, Amerika Serikat pun pertumbuhan retailnya turun seperti sekarang ini, toko buku terkenal di Washington hanya tinggal satu outlet-nya. Selain itu, hampir sektor retail di AS juga menutup outlet-nya.
Namun, kata Bambang, ada yang membedakan daya pikir pengusaha AS dan Indonesia, di mana mereka tidak berpikiran penurunan pertumbuhan retail disebabkan daya beli masyarakat menurun.
"Kalau alasan kayak gitu melemah bisa diketawain. Tapi mereka cerdas, mereka tahu bahwa yang terjadi adalah pergeseran yang masif dari belanja fisik jadi belanja online," ujarnya.
Guna menyikapinya, perusahaan retail terkenal Wal-Mart Stores pun memutuskan untuk menjual 30% barangnya secara online. Dengan ditopang online, sampai sekarang perusahaan ini bisa bertahan di tengah persaingan bisnis online dan offline.
"Dia tahu tren ke online, tapi dia tahu keahlian bisnis retail, sehinggga bisa mengawinkan keahlian dan masa depan. Kalau yang tidak ikuti langsung tutup," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)