JAKARTA - Bank Indonesia (BI) telah melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21-22 Agustus 2017. RDG ini turut membahas beberapa kebijakan moneter seperti suku bungan acuan atau 7 Day Repo Rate.
Dalam RDG hari ini, BI memutuskan untuk menurunkan 7 Day Repo Rate menjadi 4,5% berlaku efektif 23 Agustus 2017. Artinya, ada penurunan sebesar 25 basis poin dari suku bunga acuan BI pada Agustus 2017
"Penurunan suku bunga ini diikuti penurunan suku bunga moneter dan inflasi 2017 dan 2018 di dalam kisaran ditetapkan," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di Kompleks BI, Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Baca juga: Inflasi Terjaga, Peluang Penurunan Suku Bunga BI Masih Terbuka
Dia mengatakan, ekspansi perekonomian dunia terus berlanjut di samping terjadinya pergeseran. Pertumbuhan ekonomi China semakin baik, Eropa juga membaik seiring meningkatnya konsumsi dan ekspor.
Perkembangan perekonomian tersebut mendorong perekonomian dunia semakin baik. Sementara itu, fed fund rate akan naik satu kali 2017 dan normalisasi Bank Sentral AS juga akan diumumkan September 2017.
Untuk perekonomian Indonesia juga lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut didukung meningkatkan kinerja investasi bangunan sejalan dengan meningkatnya proyek swasta dan akselerasi pemerintah.
Baca juga: Ditantang Turunkan Suku Bunga, Bagaimana Nyali BI?
Dari sisi eksternal kinerja ekspor melambat diutamakan karena belum pulihnya ekonomi dunia. Secara parsial rendahnya ekspor di Papua. Ke depan pertumbuhan akan membaik ditopang investasi dan konsumsi seiring berlanjutnya kebijakan pemerintah.
"Kita proyeksikan tetap, pertumbuhan akan berada di 5-5,04% dan meningkat di 2018,"ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo memprediksi Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate di level sekarang hingga akhir tahun. Saat ini suku bunga acuan bank sentral berada di level 4,75%.
Pertimbangannya, bank sentral masih harus mewaspadai keputusan bank sentral Amerika, The Fed yang kemungkinan masih akan menaikkan suku bunganya. Dengan menahan suku bunga, BI dapat mengantisipasi capital outflow apabila the Fed benar-benar kembali mengeksekusi kenaikan suku bunga.
Baca juga: Wah, Dirut Mandiri Prediksi BI Bakal Tahan Suku Bunga hingga Akhir Tahun
"BI rate kalau dari sisi ke depan masih tetap satu sisi likuiditas melonggar tapi BI awasi Fed arahnya belum jelas. The Fed akan ada penurunan aset the Fed, mereka ingin turunkan exposure bonds. Nanti impact-nya ke capital flow seperti apa. Dugaan saya BI stay sampai akhir tahun," ujarnya.
Kendati Fed kembali menaikkan suku bunga, namun dia meyakini bahwa stabilitas perekonomian dalam negeri tidak akan terguncang. Pasalnya, Indonesia masih memiliki kecukupan cadangan devisa serta inflasi yang diprediksi memiliki ruang untuk turun.
(Rizkie Fauzian)