Menko Luhut: Fenomena Besar, China Mulai Robotik!

Koran SINDO, Jurnalis
Rabu 20 September 2017 14:27 WIB
Ilustrasi: (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA – Perkembangan teknologi saat ini terus dimanfaatkan oleh negara-negara maju. Teknologi bahkan kini menjadi salah satu motor penggerak ekonomi suatu negara.

Salah satu negara yang kini tengah memanfaatkan teknologi sebagai motor penggerak ekonomi adalah China. China bahkan telah mengembangkan teknologi robotik untuk digunakan pada berbagai kegiatan perekonomian.

“Ada konferensi di Hong Kong, sekarang terjadi fenomena besar. China mulai robotik,” kata Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Luhut Binsar Pandjaitan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta. Nantinya, perkembangan teknologi bisa saja berdampak pada terjadinya pemutusan hubungan kerja. Hal ini pun harus diperhatikan oleh Indonesia dalam hal adaptasi perkembangan teknologi.

Baca Juga: Menko Luhut Berencana Impor LNG Singapura, Dirjen Migas: Kita Enggak Ikut-Ikut

Kendati demikian, Indonesia saat ini memiliki sektor yang diandalkan bagi perekonomian nasional, yaitu sektor pariwisata. Sektor ini diyakini banyak menyerap tenaga kerja karena tak tergerus oleh perkembangan teknologi. “Dengan robotik, akan banyak lay off . Kita beruntung ada pariwisata, makanya kita dorong terus, kemudian pertanian,” ujarnya.

Sementara itu, pesatnya perkembangan teknologi mengancam berbagai formasi pekerjaan di hampir seluruh sektor industri, tak terkecuali dunia perbankan. CEO Deutsche Bank John Cryan memprediksi banyak orang yang perannya akan diambil alih sistem otomatisasi dalam lima atau 10 tahun mendatang. “Saya dapat tegaskan di sektor perbankan, kita akan melihat banyak pekerjaan yang otomatisasi.

Ini bukan permasalahan yang kami hadapi sendiri, tapi semua sektor industri,” katanya dalam Singapore Summit, dikutip CNBC.

Dengan demikian, karyawan di departemen tertentu akan dipecat dan diganti para ahli ilmu komputer atau progammer. Pegawai Deutsche Bank sadar akan hal itu. Mereka ditantang untuk mampu bekerja lebih baik dan melampaui target sehingga hasilnya lebih memuaskan.

Baca Juga: Pemerintah Bakal Impor LNG, Asalkan Harganya Murah

Sebab, jika mekanisme pekerjaan mereka hanya memindahkan kertas dan angka, mereka akan tersingkir oleh robot-robot yang dapat bekerja lebih jeli. “Kesempatan yang sering kami bicarakan di lingkungan internal ialah meningkatkan tanggung jawab sehingga pekerjaan itu lebih memuaskan. Jika karyawan kurang semangat dan hanya bekerja apa adanya, hasilnya tentu tidak akan sesuai harapan. Prospek karier yang tidak menarik bisa diambil alih robot,” kata Cryan.

Bagaimanapun, Cryan tak menampik manusia memiliki banyak kelebihan lain dibanding mesin. Salah satunya kemampuan interpersonal. Kemampuan tersebut sangat banyak dibutuhkan oleh Deutsche Bank, terutama dalam menghadapi klien, kolega, atau pemegang saham eksternal, dan tidak dapat diambil alih mesin.

“Kami juga mendorong karyawan kami untuk meningkatkan kemampuan interpersonal. Kami perlu menambah jumlah orang yang mampu menghadapi klien dan pemegang saham eksternal. Dengan begitu, kami juga dapat mengurangi jumlah orang yang fokus di bagian internal, pengangkaan, dan perhitungan,” paparnya. Sejauh ini, dengan akan adanya banyak perubahan di garis tengah, Cryan tidak dapat memprediksi berapa banyak pekerjaan yang akan mati.

“Sangat sulit ya untuk menebak ke mana arah pergerakan pasar. Namun, secara keseluruhan, saya dapat melihat banyak orang akan keluar dalam 10 tahun ke depan,” tandasnya. Berbagai perusahaan pembuat robot di berbagai negara kini berlomba-lomba menciptakan produk tercanggih.

Produsen robot asal Australia, Fastbrick Robotics, pada awal tahun ini memperkenalkan Hadrian X, robot yang mampu menyusun 1.000 batu bata dalam satu jam untuk proyek pembangunan gedung atau rumah. Bagaikan dengan kemampuan manusia, dengan jumlah batu bata yang sama dibutuhkan waktu seharian. Itu pun minimal dikerjakan oleh dua pekerja.

Baca Juga: Kepercayaan Publik di Indonesia, Menko Luhut: Nomor Satu di Dunia

Dua tahun lalu perusahaan start-up asal San Francisco, Amerika Serikat (AS), Simbe Robotics, memperkenalkan Tally. Tally diyakini bisa menggantikan peran manusia untuk mengatur dan mengisi rak-rak di supermarket. Robot ini mampu memangkas waktu dalam mengisi rak, sehingga barang-barang tidak pernah kosong, berada di tempat yang tepat dan tak akan pernah salah label harga.

Berdasarkan data dari Robotics Industries Association (RIA), menguatkan prediksi bahwa di masa yang akan datang, berbagai pekerjaan manusia diambil alih sistem otomatisasi. Pada paruh kedua 2016, produsen robot di sejumlah negara di Amerika Utara, yakni AS, Kanada, dan Meksiko telah menjual 14.583 dengan nilai transaksi USD817 juta ke seluruh dunia.

Di AS saat ini lebih dari 265.000 melakukan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Catatan ini membuat AS menjadi negara ketiga yang paling banyak “mempekerjakan” robot setelah China dan Jepang. Dalam laporan World Economic Forum awal 2017, pada 2020 sekitar 5 juta karyawan di 15 negara berkembang bakal kehilangan pekerjaan akibat digantikan oleh robot.

Penelitian lain yang dilakukan International Labor Organization, dilansir dari Guardian , 137 juta pekerja di Indonesia, Kamboja, Filipina, Thailand, dan Vietnam terancam kehilangan mata pencaharian mereka lantaran tergusur sistem otomatisasi. Di kawasan ini industri yang paling terancam adalah garmen. Ahli robotics technology Jing Bing Zhang mengungkapkan , tahun depan robot-robot akan lebih canggih.

Robot-robot itu mampu beradaptasi dengan baik dengan robot terdahulu dan juga manusia. “Pada 2019, perusahaan besar di dunia bakal memberikan posisi penting kepada robot, di antaranya adalah chief robotics officer . Artinya, sistem otomatisasi akan menggerus orang yang memiliki skill rendah,” ujar Zhang.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya