Simak! Aplikasi E-Commerce Lokal Siap Bersaing

Koran SINDO, Jurnalis
Minggu 15 Oktober 2017 12:26 WIB
Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Share :

JAKARTA - Pemerintah bersama Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mendukung penuh kehadiran layanan yang berbasis koneksi internet atau over the top (OTT) lokal agar bisa mengimbangi invasi OTT internasional. Meski terus mengalami pertumbuhan dan mulai banyak wadah yang menaungi para pengembang, maka sudah mampukah konten lokal bersaing di tengah gerusan konten asing yang mulai banyak masuk di Tanah Air?

“Sejauh ini, konten OTT masih dikuasai pasar asing. Memang sudah ada konten lokal yang maju, tapi kemudian dibeli oleh asing. Meski hitungannya masih tidak terlalu banyak,” kata Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi.

Menurut Heru, secara umum konten lokal sejauh ini masih kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Pemerintah hanya melihat konten-konten yang sudah besar saja. Sementara memberdayakan para pengembang lokal dibutuhkan sebuah ekosistem yang baik dan itu adalah tugas pemerintah. Dengan banyaknya ajang pencarian konten lokal, seharusnya pemerintah jeli melihat begitu banyak karya anak bangsa yang dapat dimanfaatkan.

Baca Juga: Semua Serba Online, Transaksi E-Commerce RI Diprediksi Tembus USD130 Miliar di 2020

Namun, lagi-lagi ajang seperti ini masih sebagai bumbu penyedap di tengah pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) tanpa ada dukungan pemerintah. “Tentu saja OTT lokal sangat membutuhkan dukungan pemerintah, mulai dari ide, diinkubasi, sampai kemudian diperkenalkan kepada masyarakat. Saat ini dilakukan oleh masing-masing pengembang tanpa dukungan pemerintah, padahal biaya yang dikeluarkan cukup besar,” jelasnya. Menurut dia, untuk mengakuisisi satu pengguna, dibutuhkan dana Rp100.000-150.000, sewa server dan jaringan sekitar Rp7 juta/bulan.

Butuh dana besar untuk dapat bertahan, karena normalnya konten baru bisa dimonetisasi dalam waktu 2 - 3 bulan. Salah satu aplikasi e-commerce buatan anak bangsa yang berhasil melampaui posisi situs e-commerce lain milik asing, seperti Amazon dan eBay adalah Tokopedia dan Bukalapak.

Berdasarkan survei Sharing Vision, Tokopedia berada di urutan teratas dengan%tase 50,7% dan disusul oleh aplikasi Bukalapak 39,7%. E-commerce tersebut sudah melampaui traffic sekaligus peringkat e-commerce asing, yakni Amazon, Alibaba, dan eBay.

Baca Juga: Transaksi Online Ditargetkan USD130 Miliar, Pengusaha E-Commerce "Kerutkan Dahi"

Hasil survei ini berdasarkan kerja sama antara Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Seluruh Indonesia (APJII). Kedua e-commerce lokal tersebut siap bersaing dengan para e-commerce asing.

“Kami melihat adanya peluang dan potensi. Penggunaan jaringan internet di Indonesia sudah sangat intens. Pengguna internet 100% selalu melakukan belanja online. Kami selalu berinovasi dan memberikan kemudahan untuk para pelanggan untuk mampu bersaing dengan para e-commerce asing yang sudah established ,” ujar CEO Bukalapak Achmad Zaky.

Chief Sharing Vision APJII Dimitri Mahayana menyebutkan, total pageview (PV) Bukalapak per harinya mencapai 7,76 juta, sedangkan Tokopedia berkisar 7,58 juta. Sementara OLX hanya 1,43 juta pageview. “Data kami juga mencatat jumlah merchant Bukalapak akhir tahun lalu sudah 510.000 unit dan Tokopedia 500.000. Sementara Elevenia hanya 160.000,” ungkap Dimitri.

Baca Juga: Ada UMKM hingga Individu, Pengusaha: Pajak E-Commerce Tak Bisa Disamakan

Jumlah produk yang ditawarkan merchant Tokopedia mencapai 12 juta, Bukalapak (7,8 juta unit), Elevenia (4 juta unit), dan Belanja.com (3 juta unit). Tak hanya di sektor belanja, ranah startup di bidang musik khususnya di Indonesia juga memiliki potensi yang baik jika dapat digarap dengan serius.

Salah satu konten musik yang dibuat oleh anak bangsa, yaitu Melon Indonesia dan Langit Musik. Melon Indonesia adalah perusahaan bersama milik PT Telkom Indonesia dan SK Planet. Situs ini menyediakan konten music berbayar dari berbagai genre secara legal, baik dari dalam maupun luar negeri.

Cara pembayaran yang dapat dilakukan adalah dengan pulsa, kartu kredit, voucher Indomog, Ipay, dan Mobile Cash. Melihat persaingan OTT asing terhadap OTT lokal yang terus menggeliat, kapan pasar Indonesia bisa siap untuk menghadapi persaingan OTT lokal? “Susah untuk diprediksi, jika jadi tren bisa trending 1-3 bulan, tapi lama-kelamaan tidak jadi tren lagi. Apalagi ekspektasi orang Indonesia, terutama di dunia mobile ini tinggi,” ungkap Dimitri.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya