JAKARTA - Masyarakat yang dominan menggadaikan barangnya untuk mendapatkan pinjaman jika dilihat dari jenis kelaminnya didominasi oleh kaum perempuan. Kaum laki-laki dianggap gengsi untuk mendapatkan pendanaan dari Pegadaian.
Direktur Utama Pegadaian Sunarso memaparkan, dari 9,5 juta nasabah Pegadaian, 72% adalah perempuan, sementara laki-laki hanya 28%. Laki-laki dianggap malu-malu untuk datang ke jasa penggadaian ketimbang perempuan.
"Siapa yang malu-malu siapa yang enggak? Ternyata yang malu itu cowok, ke Pegadaian malu itu dia, karena dari 9,5 juta nasabah ini yang laki-laki hanya 28%, yang perempuan 72%. Berarti sudah jelas lebih paham tentang nilai ini perempuan daripada laki-laki. Kalau laki-laki lebih senang ngutang," kata dia di Jakarta, Selasa (21/11/2017).
Baca Juga: Terfavorit, 95% Nasabah Pegadaian Gadaikan Emas
Padahal, kata dia mengagunkan barang ke jasa penggadaian tidak semata hanya untuk mendapatkan dana. 'Menyekolahkan' barang ke Pegadaian dinilainya juga bisa bertujuan untuk mengamankan barang berharga.
"Ke Pegadaian kan enggak perlu butuh duit sebenarnya. Kadang-kadang butuh mensertifikatkan barang berharga atau mungkin cuma butuh sekedar daripada saya bawa barang kita tinggal saja di Pegadaian. Nanti saya bawa duit, duit masuk rekening aman," paparnya.
Baca Juga: Catat Pendapatan Rp8,67 Triliun, Pegadaian Torehkan Laba Rp2,82 Triliun
Sementara itu, dilihat dari segi usia, kata dia, nasabah yang mayoritas menggadaikan barang bukan didominasi oleh orang-orang tua atau manusia lanjut usia (manula).
"Dari sisi umur Alhamdulillah, Pegadaian nasabahnya itu bukan yang manula (manusia lanjut usia), bukan. Mayoritas adalah di bawah 54 (tahun) lho. 45 sampai 54 itu 21% ditambah 33% (nasabah usia 35-44) ini saja sudah 54% (jumlahnya)," lanjutnya.
Dia menambahkan, untuk nasabah berusia 25 ada sebanyak 6% dan usia 25-34 ada sebanyak 26%. "Jadi ternyata yang pergi ke Pegadaian adalah usia-usia produktif," tandasnya. (kmj)
(Rani Hardjanti)