JAKARTA - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan bahwa masa penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) adalah waktu emas untuk menambah investor ritel baru dengan memberikan mereka kesempatan untuk menikmati hasilnya. Sayangnya, jatah bagi investor ritel pada masa IPO malah sedikit.
Oleh karena itu, BEI bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah mengkaji rencana penjatahan saham pada masa IPO untuk investor ritel dan institusi.
Baca juga: Agar Tak Rugi, Dirut BEI Usulkan Anak BUMN yang IPO Beri Diskon 20%
"Kadang-kadang allotment untuk ritel kecil sekali, makanya OJK akan buat aturan, namanya automatic book building, di mana 5% hingga 10% persen wajib ke ritel saat IPO,"ujarnya di Gedung BEI, Rabu (6/12/2017)
Jatah investor ritel bisa saja lebih dari 10% menyesuaikan dengan permintaan. " Kalau permintaan banyak bisa 30%," imbuh dia.
Baca juga: Datangi Bursa Efek, Menteri Desa Punya Cita-Cita BUMDes IPO
Menurut Tito, hal yang harus diutamakan dalam penjatahan saham adalah distribusi serta informasi yang merata.
" Meningkatkan investor ritel, memang ada risiko, kadang-kadang ritel senang jual di hari pertama, tapi kalau barangnya bagus, profesional investor yang tadi tidak dapat akan beli lagi kok," tukas dia.
Untuk diketahui sepanjang tahun 2017 ini tercatat 31 perusahaan baru yang melantai di pasar modal. Hingga akhir tahun BEI menargetkan akan ada 35 perusahaan yang IPO.
(Rizkie Fauzian)