JAKARTA - Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Eskpor Nasional (Ditjen PEN) tengah mengupayakan terjadinya peningkatan hubungan dagang dan kinerja ekspor.
Pasalnya, pada misi dagang ke Jepang Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita pimpi sukses meraup transaksi sebesar USD3,05 miliar. Kini, menyasar pasar ekspor nontradisional untuk produk unggulkan kopi dan kelapa sawit.
Namun, dalam misi dagang kali ini giliran Dirjen PEN Arlinda yang memimpin selama 4 hari yaitu pada 5-8 Desember 2017 di Kairo, Mesir. Menurutnya, Indonesia berupaya meningkatkan ekspor ke negara-negara nontradisional.
"Produk unggulkan yang dibawa melalui misi dagang ini adalah kopi dan kelapa sawit. Selain itu, Indonesia juga bermaksud mengidentifikasi potensi dan hambatan perdagangan antara Indonesia dan Mesir serta mempererat hubungan dagang kedua negara,” jelas Arlinda, yang dikutip dari Kementerian Perdagangan.
Misi dagang kali ini memboyong 15 perusahaan Indonesia dari berbagai sektor, antara lain kelapa sawit, kopi, kakao, lada, kertas, dan jasa (surveyor dan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition/MICE). Berdasarkan data BPS, ekspor kopi Indonesia ke Mesir pada tahun 2016 mencapai USD41,25 juta.
Baca Juga: Konsultasi Tahunan, Indonesia dan Malaysia Akan Satukan Kekuatan Dukung CPO
Sebagai informasi, Kopi Indonesia merupakan produk terbesar yang dibeli buyer Mesir pada Trade Expo Indonesia 2017 dengan transaksi sebesar USD30 juta. Ekspor kelapa sawit ke Mesir pada tahun yang sama mencapai USD657,28 juta, sedangkan ekspor kelapa sawit Indonesia ke dunia mencapai USD18,1 miliar.
"Masih banyak peluang ekspor kopi dan kelapa sawit ke Mesir. Untuk itu, diharapkan melalui misi dagang ini, kita bisa meningkatkan ekspor kedua komoditas tersebut lebih besar lagi ke Mesir," tandas Arlinda.
Sementara itu, total perdagangan Indonesia-Mesir pada tahun 2016 mencapai USD1,46 miliar dengan nilai ekspor Indonesia sebesar USD1,1 miliar, dan impor USD352 juta. Dengan demikian, Indonesia surplus USD758,3 juta. Kemudian, total perdagangan kedua negara periode Januari-September 2017 tercatat mencapai USD1,12 juta atau surplus bagi Indonesia sebesar US 726,10 juta.
Ekspor utama Indonesia ke Mesir, antara lain palm oil, yarn of artificial staple fibres, margarine, coffee, pneumatic tires of rubber, coconut (copra), dan uncoated paper. Sedangkan, impor utama Indonesia dari Mesir meliputi mineral/chemical fertilizers, aluminum calcium phosphates, molasses from the extraction of sugar, dates, dan citrus fruit.
Baca Juga: Tercemar Kampanye Hitam, Jokowi Minta Peremajaan Sawit Dipercepat
Selama periode 2011-2016 nilai investasi Mesir di Indonesia tercatat sebanyak 30 proyek dengan nilai investasi sebesar USD4,32 juta. Sedangkan pada tahun 2017 (Q3) investasi Mesir tercatat sebanyak 11 proyek senilai USD474,20 ribu. Investasi utama Mesir, antara lain terdapat di sektor industri (tekstil, kayu, kertas) dan sektor jasa (perdagangan dan reparasi, serta hotel dan restoran).
"Misi dagang ini juga merupakan kesinambungan dari misi dagang ke pasar nontradisional lainnya yang dilakukan Kemendag sebelumnya, yaitu ke Afrika Selatan dan Nigeria pada 20-26 Juli 2017 lalu. Selain itu, dengan penduduk sebanyak 104 juta jiwa, Mesir merupakan pasar yang sangat potensial," tandas Arlinda.
(Martin Bagya Kertiyasa)