JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengajak perusahaan untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO) untuk mendapatkan modal jangka panjang dari investor sehingga dapat menumbuhkan usaha dan menggerakkan ekonomi daerah.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan ada 35 perusahaan yang melakukan pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada tahun 2018 ini. Jumlah tersebut masih sama dengan target tahun lalu.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan pihaknya optimis bisa mencapai target 35 perusahaan IPO pada tahun ini. Karena menurutnya, semakin banyak perusahaan yang berminat melakukan IPO pada tahun ini.
Inilah fakta-fakta, saham yang IPO seperti dirangkum Okezone Finance, Minggu (1/4/2018) :
1. Cara BEI Dorong Perusahaan IPO
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio memaparkan kapitalisasi pasar atau market capital dari perusahaan teknologi raksasa dunia yaitu Apple dan Google, di mana kedua perusahaan tersebut mendapatkan sumber kekayaan salah satunya dari pasar modal.
Baca Juga : 2 Anak Usaha Hutama Karya Bakal IPO dengan Target Rp2,5 Triliun
Melalui pasar modal, Tito mengatakan dua perusahaan tersebut mampu meraih pendaaan dari publik, yang digunakan untuk mengembangkan bisnis. Hingga kini, total aset mereka yang tercatat di pasar modal hampir senilai dengan total kapitalisasi pasar modal Indonesia.
"Mau lihat Apple, Google. Apple itu market cap USD500 miliar, dia satu perusahaan. Google sudah USD750 miliar dolar, tapi go public-nya butuhkan cuman satu yaitu kemauan," ujarnya di Gedung BEI, kamis (1/2/2018).
Oleh karena itu, Tito mendorong perusahaan di Indonesia untuk segera melantai di pasar modal mengekor kesuskesan Apple dan Google. Pasar modal kata Tito tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan dengan modal kecil untuk menjadi besar.
2. Perusahan IPO pada Kuartal I 2018
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat delapan perusahaan siap untuk melakukan initial public offering (IPO) sepanjang kuartal I-2018. Adapun delapan perusahaan tersebut sudah masuk dalam pipeline BEI.
"Ada delapan perusahaan, semuanya di kuartal I," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat di Jakarta, Rabu (7/2/2018).
Delapan perusahaan tersebut, akan menggunakan laporan keuangan September 2017 sebagai persyaratan melantai di pasar modal. Sayangnya, dari delapan nama perusahaan, tidak ada nama anak usaha Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang digadang-gadang akan melakukan IPO tahun ini.
Baca Juga : Perusahaan Ritel Bali Targetkan IPO di Juli 2018
Sejak awal 2018, baru satu perusahaan yang go public, yaitu perusahaaan jasa konstruksi telekomunikasi PT LCK Global Kedaton. Saham dengan kode LCKM ini, mencatatkan saham pada 16 Januari 2018 tepat sehari setelah musibah robohnya selasar lantai I Tower II Gedung Bursa Efek Indonesia.
3. Perusahaan Ritel Siap IPO
Perusahaan ritel berjaringan di Bali, Coco Mart, menargetkan sudah bisa go public melalui penawaran saham perdana (IPO) pada Juli 2018 di Bursa Efek Indonesia.
"Ini merupakan kesempatan bagus, maju bersama di IPO bukan merupakan hal yang menakutkan," kata Manajer Operasional Coco Mart Wayan Sudipa di Denpasar, Minggu (4/3/2018).
Mengingat nantinya sebagian saham di perusahaan ritel itu akan dimiliki oleh publik maka pihaknya telah mewujudkan transparansi manajemen dan administrasi legal perusahaan sebagai salah satu syarat untuk bisa go public.
Menurut dia, induk perusahaan Coco Mart yakni PT Bali Pawiwahan atau Coco Group berencana ingin melakukan pengembangan usaha atau ekspansi bisnis sehingga memerlukan pendanaan yang lebih besar.
Melalui penawaran saham perdana di lantai bursa, kata dia, peluang mendapatkan aliran modal dari masyarakat semakin besar.
4. Dua Anak Usaha Hutama Karya Siap IPO
PT Hutama Karya (Persero) akan mengantarkan dua anak usahanya melantai di pasar modal. Dua entitas anak tersebut adalah PT Hakaaston yang bergerak di bidang kontruksi sipil aspal dan beton serta PT HK Realtindo yang bergerak di bidang properti.
Baca Juga : BEI Ajak Pengusaha Bali Go Public
Direktur Pengembangan Usaha Hutama Karya Putut Ari Wibowo mengatakan, melalui skema initial public offering (IPO) dua perusahaan tersebut ditargetkan meraih dana segar hingga Rp2,5 triliun.
"Target yang untuk Hakaaston Rp1 triliun. Gedean PT HK Realtindo, target HK Realtindo dulu Rp1,5 triliun," ujarnya di Jakarta, Rabu (14/3/2018).
Targetnya, dua perusahaan tersebut dapat tercata pada akhir tahun ini atau paling lambat awal tahun depan.
Saat ini perusahaan tengah mematangkan rencana IPO tersebut. Perusahaan belum menetapkan porsi saham yang akan dilepas serta belum menentukan perusahaaan penjaminan emisi efek atau underwriter.
(feb)
(Rani Hardjanti)