Kehadiran PLTN itu akan mengurangi ketergantungan Turki pada im por energi. Sejak Rusia mendapat kontrak itu pada 2010, proyek tersebut mengalami beberapa penundaan. Bulan lalu sumber yang terlibat dalam program itu menjelaskan, Akkuyu tapaknya akan melampaui target 2023 tapi Rosatom berkomitmen memenuhi target tersebut.
Rosatom juga berupaya mencari mitra lokal untuk memegang 49% saham dalam proyek tersebut. Kantor berita Interfax mengutip penjelasan Rosatom bahwa penjualan 49% saham itu tampaknya akan tertunda tahun ini hingga 2019. Perusahaan- perusahaan Turki tampaknya enggan dengan besarnya pendanaan yang dibutuhkan dalam proyek tersebut.
Mereka juga khawatir tidak menerima cukup pembagian dalam proses konstruksi PLTN itu. Erdogan menjelaskan, Turki mungkin bekerja sama dengan Rusia dalam berbagai proyek pertahanan, selain sistem pertahanan rudal S-400 yang telah disetujui Moskow. Erdogan tidak menjelaskan lebih rinci lagi tentang proyek-proyek pertahanan tersebut.
Turki telah menandatangani kesepakatan membeli sistem S-400 pada Desember lalu hingga membuat Barat khawatir karena sistem itu tak dapat diintegrasikan dalam arsitektur militer NATO. Turki menjelaskan, rencana pengiriman S-400 akan di percepat hingga Juli 2019, dari sebelumnya pada kuartal pertama 2020. Kesepakatan itu bernilai sekitar USD2,5 miliar.
“Kami majukan tanggal pengiriman dalam kesepakatan yang ditandatangani dengan Rusia untuk menyediakan sistem S-400 dan mendapat tanggal Juli 2019,” ungkap Wakil Menteri Industri Pertahanan Turki Ismail Demir dalam akun Twitter. Presiden Iran Hassan Rouhani juga bertemu Erdogan dan Putin untuk konferensi tingkat tinggi membahas Suriah di Ankara. (Syarifudin)
(Dani Jumadil Akhir)