JAKARTA - Nielsen Indonesia mencatat adanya kenaikan belanja iklan layanan online selama minggu pertama Ramadan 2018 mencapai Rp223 miliar.
Jumlah tersebut meningkat 76% dibandingkan dengan periode sebelum Ramadan. Executive Director Media Business Nielsen Indonesia Hellen Katherina mengatakan, berdasarkan data Nielsen Advertising Intellegence (AdIntel) terjadi perubahan pola konsumsi dan perilaku dari konsumen selama Ramadan 2018.
Baca Juga : Bulan Puasa Jadi Sumber Iklan Paling Kencang
Nielsen Indonesia mencatat adanya kenaikan belanja iklan layanan online selama minggu pertama Ramadan 2018 mencapai Rp223 miliar.
Hal ini membuat para pengiklan dari kategori produk tertentu untuk menangkap peluang tersebut dengan meningkatkan aktivitas beriklannya di media. Selain layanan online, lanjut Hellen, kategori lain yang mengalami peningkatan adalah kategori jus dan sirup dengan total belanja iklan Rp101 miliar, meningkat sangat tinggi sebesar 447%.
Kategori minuman siap minum menjadi kategori yang meningkat juga dengan total belanja iklan Rp70 miliar dan tumbuh 110%. Kategori material bangunan juga meningkat pesat dengan total belanja iklan Rp66 miliar dan pertumbuhan mencapai 114%.
“Untuk penempatan iklan dalam program (In-Program Ads), jumlah tayangan iklan dari kategori kopi dan teh meningkat sebesar 29%, kategori komunikasi meningkat 77%, tekstil & garmen (didominasi oleh produk sarung) meningkat 294%. Kategori material bangunan juga mengalami peningkatan 294% dan kategori produk obat antasida mengalami peningkatan hingga 1.563%,” ujar Hellen dalam rilisnya.
Baca Juga : Daftar Perusahaan yang Loyal Pasang Iklan, dari Situs Travel Online hingga Smartphone
Jika melihat iklan radio pada periode Ramadan 2017, belanja iklan yang terbesar datang dari industri layanan online sebesar Rp18,8 miliar atau meningkat 46% dibandingkan periode sebelum Ramadan. Kemudian disusul oleh produk kategori petroleum, seperti oli dan bahan bakar kendaraan, dengan peningkatan yang tinggi sebesar 240%.
“Kategori-kategori yang mengalami peningkatan tersebut biasanya adalah yang memang berhubungan dengan kebiasaan saat Ramadan atau Lebaran sebagai respons dari pengiklan untuk memanfaatkan peluang yang tercipta di market. Bahkan beberapa kategori produk seperti sirup atau sarung hanya fokus ber iklan menjelang Ramadan hingga Lebaran sepanjang tahunnya,” ungkap Hellen.