JAKARTA – Ekonom Institute Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menyatakan, Bank Indonesia (BI) akan melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Tercatat, semakin siang pergerakan Rupiah semakin tertekan. Kini Rupiah bergerak ke level Rp15.035 per USD. Intervensi yang dimaksud adalah menggelontorkan cadangan devisa hingga menaikkan suku bunga acuannya lagi.
“Selanjutnya langkah BI akan terus intervensi cadangan devisa. Kemungkinan besar bulan Desember BI akan kembali naikan bunga acuan 25 bps lagi,” katanya saat dihubungi Okezone, Selasa (2/10/2018).
Baca Juga: Ini Penyebab Rupiah Tembus Rp15.021/USD
Menurut Bhima melemahnya Rupiah disebabkan karena faktor domestik dan global yang sama-sama mendominasi pergerakan rupiah pekan depan. Kenaikan harga minyak mentah hingga melonjak 28% (ytd) disebabkan oleh berkurangnya pasokan paska boikot minyak Iran yang diserukan Presiden AS Donald Trump.
“Bagi negara net importir minyak seperti Indonesia naiknya harga minyak dapat menyebabkan defisit migas yang semakin lebar. Permintaan dolar secara alamiah akan terus meningkat. Wacana kenaikan harga BBM pun menjadi momok inflasi hingga akhir tahun 2018,” katanya.
Baca Juga: Rupiah Diprediksi Tembus Rp15.200/USD pada Akhir 2018
Kondisi eksternal diperparah oleh deadlock anggaran belanja pemerintah Italia. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan di daerah Uni Eropa paska krisis utang tahun 2013 lalu.
Dia menambahkan, Amerika Serikat (AS) pada pekan ini akan mengumumkan data tenaga kerja. Sebelumnya pada bulan Agustus, jumlah lapangan kerja baru yang berhasil tercipta sebanyak 201.000 orang. Diprediksi lapangan kerja bulan September kembali mencatatkan kenaikan diatas 180.000 orang. Alhasil pengangguran di AS turun ke 3,8% atau terendah dalam 18 tahun terakhir.
(Dani Jumadil Akhir)