JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, pelemahan mata uang tak hanya di alami Indonesia. Namun juga dialami seluruh negara di dunia.
Perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) hingga kenaikan suku bunga acuan Negeri Paman Sam tersebut, membuat Dolar AS perkasa memukul mata uang negara lainnya. Oleh sebab itu, hal ini merupakan fenomena global.
Baca Juga: Rupiah Tembus Rp15.000/USD, Ini yang Bakal Dilakukan BI
Menurut Perry, hal yang perlu diperkatikan yakni tingkat depresiasi dan volatilitas kurs Rupiah, bukan soal besaran nominalnya. Kata dia, kondisi depresiasi Rupiah lebih rendah ketimbang negara-negara berkembang lainnya.
"Kita harus perhatikan dulu persentase depresiasinya, supaya kita tidak melihat Rp15.000 (per USD) itu seperti sudah kiamat," ujarnya dalam acara seminar mengenai pelemahan nilai tukar Rupiah di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (3/10/2018).
Dalam membandingkan tingkat depresiasi, lanjutnya, harus dengan negara berkembang yang juga mengalami defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD), seperti yang dialami Indonesia. Hingga per 3 Oktober 2018, Rupiah terdepresiasi 9,28%.
Sementara mata uang negara lainnya seperti India melemah 12,4%, Brasil 17,6%, Afrika 13,8%, Filipina 8,2%, China 5,3%, Thailand 0,6%.
Baca Juga: Sri Mulyani, Menko Darmin hingga Ekonom Bicara soal Rupiah Rp15.000/USD
"Thailand itu bisa kuat ya wajar karena surplusya (transaksi berjalan) enggak tanggung-tanggung USD54 miliar. Jadi enggak bisa dibandingkan dengan Indonesia yang defisit," paparnya.
Sedangkan negara Filipina yang mengalami depresiasi lebih rendah dari Indonesia, menurut Perry, didorong transaksi berjalan yang baru tahun ini defisit. "Filipina tahun lalu surplus (transaksi berjalan), baru-baru sekarang defisit. Defisitnya bahkan kecil, hampir nol," imbuhnya.
Sedangkan untuk tingkat volatilitas Rupiah, tercatat sebesar 7,3%, sedangkan mata uang India mencapai 7,7%. "Jadi kalau dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, suhu panas (depresiasi Rupiah), itu relatif terjaga," pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)