JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bercerita pengalamannya saat menghadiri pertemuan negara-negara anggota G20 di Argentina beberapa hari ini.
Menurut Sri Mulyani, dalam pertemuan tersebut para pimpinan negara menyampaikan pandangannya tentang perkembangan dan risiio dari perekonomian global.
Mantan Direkrtur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut jika pertemuan tersebut berjalan cukup efektif karena menghasilkan keputusan yang cukup positif. Dari hasil pertemuan tersebut, setidaknya ada dua kesepakatan positif bagi perkeonomian global tak terkecuali Indonesia.
"Pertemuan tahun ini sebetulnya memberikan beberapa aspek pertama memberikan kesempatan kepada para leaders untuk saling berbicara dan melihat risiko pada perekonomian global," ujarnya dalam acara CEO Networking di Ritz Carlton Hotel SCBD, Jakarta, Senin (3/12/2018).
Baca Juga: AS-China Sepakati Gencatan Perang Dagang
Menurut Sri Mulyani, dampak positif pertama adalah meredanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China. Pasalnya dalam pertemuan tersebut, kedua negara sepakat untuk tidak menaikkan tarif impor selama 90 hari ke depan.
"Itu (G20) banyak menghasilkan paling tidak seperti Presiden Trump dan Xi Jinping untuk sepakat 90 hari mereka melakukan paling tidak penundaan terhadap langkah-langkah kenaikan tarif tapi tidak berarti apa yang sudah dilakukan tarifnya sudah turun," jelasnya
Tentunya ini menjadi angin segar bagi perekonomian global setidaknya dalam menghadapi awal tahun 2019. Karena sleam ini, isu perang dagang cukup membuat perekonomian global mengalami gonjang-ganjing yang hampir terjadi di sepenjang sisa tahun 2018.
"Tapi paling tidak memberikan 3 bulan atau 90 hari bagi kedua belah pihak melihat aspek kesepakatan yang bisa menenangkan dari sisi awal tahun," kata Sri Mulyani.
Baca Juga: Rupiah Menguat ke Rp14.260/USD Pasca Gencatan Perang Dagang AS-China
Selain itu menurut Sri Mulyani, dalam pertemuan tersebut juga memberikan dampak positif bagi harga minyak dunia. Sebab dalam pertemuan tersebut, baik itu Arab Saudi maupun Rusia sebagai negara dengan penghasil minyak dunia akan melihat bagaimana respons pasar dunia.
"Ini juga memunculkan sesuatu stabilitas dari sisi paling tidak kepastian supply demand-nya. Sehingga harganya tidak volatile naik secara drastis," ucapnya
(Feby Novalius)