JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memproyeksikan sejumlah sektor industri manufaktur akan mengalami pertumbuhan karena dipengaruhi momentum Pemilihan Umum (Pemilu) 2019.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai, beberapa investor tetap yakin menanamkan modalnya karena melihat kondisi politik dan ekonomi di Indonesia yang tetap stabil menjelang tahun politik.
“Kita punya pengalaman sebelum dan pasca-reformasi. Khusus dalam 20 tahun ini, kita sudah empat kali pemilu dan kita juga hampir setiap dua tahun ada pemilihan kepala daerah (pilkada) yang seluruhnya berjalan lancar dan demokratis,” ujarnya dalam rilisnya di Jakarta,
Baca Juga: Presiden Jokowi Temui Menteri Ekonomi dan Energi Jerman Bahas Revolusi Industri 4.0
Airlangga meyakini pelaksanaan pemilu legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) yang digelar serentak pada 17 April 2019, juga akan berjalan aman dan damai sehingga mendukung roda perekonomian guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
“Jadi, kita harus lebih optimistis, termasuk kepada para pelaku industri supaya bisa mengambil peluang,” ungkapnya.
Airlangga menyebutkan, salah satu katalis kuat yang mampu mendongkrak pertumbuhan industri tahun depan, terutama melonjaknya kon sumsi makanan dan minuman (mamin) serta tekstil dan produk tekstil (TPT).
“Komoditas itu yang umumnya banyak dibutuhkan saat musim kampanye,” tuturnya. Kemenperin mencatat, pada 2014 dengan adanya momentum pemilu, industri pengolahan naik menjadi 5,61% dibanding capaian tahun sebelumnya sebesar 5,45%.
Baca Juga: Pembangunan 18 Kawasan Industri Luar Jawa Dikebut, Ini Daftarnya
Adapun sektor yang menopang lonjakan tersebut, antara lain industri mamin, industri TPT, serta industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki.
“Kondisi perekonomian sekarang memang sudah jauh berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2000-an. Artinya, ada realita norma baru. Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini tidak lagi double digit. Rata-rata kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian di seluruh negara berkisar 17%,” ujarnya.
Pada 2019, industri pengolahan nonmigas diproyeksikan akan tumbuh hingga 5,4% atau di atas pertumbuhan ekonomi yang dipatok pada angka 5,3%.
Baca Juga: Cerita Kepala BPS soal Perkembangan Industri
Sektor industri yang mem beri kontribusi tinggi di an taranya industri mamin bakal tumbuh sebesar 9,86%. Selanjutnya pertumbuhan industri mesin diharapkan akan menembus 7%, industri TPT sebesar 5,61%, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki 5,4%, serta industri barang logam, komputer, dan barang elektronika 3,81%.
“Tahun depan, kami juga akan genjot sektor itu agar mampu meningkatkan nilai ekspor, terutama yang punya ka pasitas lebih. Selain itu, dapat mendorong pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN),” katanya.
Seperti diketahui, Kemenperin membidik pertumbuhan industri 5,4% pada 2019. Target itu lebih rendah di bandingkan target pertumbuhan industri tahun 2018, yakni 5,6%. “Kita melihat outlook ke depan itu sinkronisasi dan harmonisasi dibutuhkan,” kata Airlangga.
Kendati demikian, target pertumbuhan industri 2018 dipatok lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi 2018 yang sebesar 5,3%.
Adapun lima sektor industri diproyeksi menjadi pendorong pertumbuhan industri pada 2019, yakni industri makanan dan minuman diproyeksikan tumbuh 9,86% dan industri mesin 7%.
Selain itu, industri tekstil dan pakaian jadi diprediksi tumbuh 5,61%, industri kulit barang dari kulit dan alas kaki sebesar 5,4%, serta industri barang logam, komputer dan barang elektronik sebesar 3,81%.
Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar mengatakan, target pertumbuhan industri 2019 menyesuaikan dengan kondisi perekonomian global karena berbagai negara tengah berupaya memproteksi pasarnya.
“Semua negara sekarang melakukan proteksi, ham pir semua negara. Amerika Serikat yang memulainya dengan Trump Policy-nya. Akhirnya semua negara melakukan proteksi. Ini kan mempersulit ruang gerak,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Haris, Indonesia dalam hal ini menggenjot kemitraan ekonomi secara bilateral atau dengan sekelompok negara saja. Terkait hal itu, Indonesia akan mendorong peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di berbagai sektor industri dan terus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar mampu bersaing di pasar global. (Oktiani Endarwati)
(Dani Jumadil Akhir)