3 KEK Baru Akan Beroperasi 2019, Ini Daftarnya

Koran SINDO, Jurnalis
Jum'at 28 Desember 2018 11:03 WIB
Ilustrasi: Foto Okezone
Share :

JAKARTA – Pemerintah akan menambah tiga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) baru pada 2019. Ketiga KEK tersebut terletak di Sungai Liat dan Tanjung Gunung di Bangka Belitung, serta Singosari di Jawa Timur.

“Yang baru hanya tiga. Kalau itu dilengkapi semuanya, mung kin bisa ditetapkan tahun depan,” ujar Sekretaris Dewan Nasional KEK Enoh Suharto Pranoto di Jakarta.

Enoh menuturkan, KEK Singosari diperkirakan akan beroperasi terlebih dahulu karena dinilai telah siap. Sementara dua KEK lainnya di Bangka Belitung masih harus berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat. “Itu masih harus koordinasi karena ada tambang timah di Bangka Belitung. Nanti koordinasi dengan ESDM, PT Timah, dan pemerintah daerah. Itu PR gubernur,” tuturnya.

 Baca Juga: 3 Kawasan Ekonomi Khusus Diluncurkan 2019

KEK Singosari dikhususkan untuk kegiatan pariwisata. Di kawasan tersebut akan di bangun hotel-hotel bintang 5 dan 4. Total luas lahan KEK ini 271 hektare (ha), sementara yang sudah dibebaskan seluas 107 ha. KEK Tanjung Gunung juga akan diperuntukkan bagi wisata meeting, incentive, conference, exhibition (MICE).

Sementara KEK Sungai Liat akan di peruntukkan bagi wisata sport tourism dan budaya. Pemerintah membangun 12 KEK yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari 12 KEK tersebut, enam KEK telah beroperasi, yaitu KEK Sei Mangkei, KEK Tanjung Lesung, KEK Palu, KEK Mandalika, KEK Galang Batang, dan KEK Arun Lhokseumawe.

“Itu perkembangannya berjalan. Ada yang cepat seperti Man dalika, Galang Batang, Palu juga. Walaupun kena tsunami, tetapi setelah tsunami ada investor yang mau masuk. Mereka akan bangun smelter mangan di sana. Kemarin saya sudah ban tu soal perizinannya di sana dan sebagainya,” ungkapnya.

Baca Juga: Peresmian KEK Tanjung Api-Api Molor, Ini Penyebabnya

Sementara enam KEK lainnya sedang dalam tahap pembangunan, yaitu KEK Tanjung Api- Api, KEK Sorong, KEK Tanjung Kelayang, KEK Bitung, KEK Morotai, dan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK).

Enoh menekankan pentingnya mitigasi bencana di KEK yang beroperasi. Untuk itu, dia meminta supaya pengelola dan pengembang kawasan memiliki teknologi baru yang bisa memprediksi kejadian bencana. “Jadi, harus dipersiapkan mi tigasinya. Ke depan, kami akan meminta supaya mereka punya teknologi baru yang bisa memprediksi kejadian bencana dan sebagainya,” ujarnya.

Menurut dia, mitigasi perlu di persiapkan dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlatih, jalur evakuasi, hingga tempat evakuasi. “Di KEK Tanjung Lesung sebenarnya sudah ada semua, hanya miss di early warning system. Mungkin harus dikoordinasikan lagi dengan semua pihak,” kata Enoh. Enoh menambahkan, kerusakan yang terjadi di KEK Tanjung Lesung pascabencana tsunami merupakan tanggung jawab pengelola kawasan, dalam hal ini Jabebaka Group.

Meski begitu, perusahaan-perusahaan besar tentu telah mengasuransikan asetnya untuk mengantisipasi dampak bencana alam seperti tsunami. “Tugas pemerintah itu dukungan infrastruktur wilayahnya seperti jalan akses, menciptakan iklim investasi, memberikan dukungan investasi yang merupakan kewajiban dari pemerintah.

Tapi kalau kawasan tanggung jawab pengelola,“ ujarnya. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pada saat kejadian bencana seharusnya setiap pengusaha memiliki asuransi.

Pemerintah memiliki mekanis memelalui Sekretariat Dewan KEK untuk mengevaluasi peristiwa bencana yang baru saja terjadi. “Pasti ada asuransinya. Aneh kalau tidak punya, apalagi KEK,” tuturnya.

Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Isran Noor memastikan KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan siap diresmikan pada awal 2019, setelah tidak ada lagi persoalan status lahan atau tata ruang yang mengganjal. “Pada awal 2019, Januari-Februari sudah bisa diresmikan Presiden,” kata Isran seusai mengikuti rapat koordinasi membahas persiapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Gedung Menko Perekonomian, Jakarta, kemarin.

Isran mengatakan, penegasan status lahan atau tata ruang ini telah disiapkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) agar investor tidak ragu menanamkan modal di wilayah yang di rencanakan menjadi tempat pengembangan industri berbasis kelapa sawit atau pengolahan kayu ini.

“Investor banyak yang mau, cuma memang kemarin persoalan status belum resmi. Macam-macam industrinya seperti pengolahan CPO ke hilir,” katanya.

Selain itu, dia juga memastikan kehadiran KEK yang telah ditetapkan sejak Oktober 2014 ini bisa memotong waktu ataupun biaya logistik menjadi lebih cepat dan efisien untuk ekspor barang ke wilayah Asia Timur, seperti China atau Korea Selatan. “Kalau kita ekspor langsung dari situ, ke utara, seperti ke Shanghai atau Korea, itu jauh lebih pendek waktunya. Selama ini kalau kita ekspor barang-barang dari Surabaya bisa 29 hari. Kalau lewat Kaltim, hanya sembilan hari bisa sampai,” ujarnya.

KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan yang terletak di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, mempunyai total luas area 557,34 ha, dan telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 85/2014. Kawasan yang mempunyai keunggulan sumber daya alam ini didukung posisi geo strategis, yaitu terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II) yang merupakan lintasan laut perdagangan internasional.

KEK yang terletak diantara Selat Makassar ini juga berada dalam posisi yang strategis karena dilewati jalur regional lintas trans Kalimantan serta transportasi penyeberangan feri Tarakan-Toli-toli dan Balikpapan-Mamuju. Hingga 2025, KEK ini ditargetkan dapat menarik investasi Rp34,3 triliun dan meningkatkan PDRB Kutai Timur hingga Rp4,67 triliun per tahun. (Oktiani Endarwati/Ant)

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya