Masifnya Pembayaran Nontunai, Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Koran SINDO, Jurnalis
Minggu 30 Desember 2018 12:01 WIB
Ilustrasi: Foto Halo Money
Share :

Menjamurnya dompet digital di Indonesia yang memfasilitasi berbagai kebutuhan secara online menurut Thomas tidak akan menjadi sebuah ancaman. “Fintech itu kita saling bersinergi, biasanya saling berbagi jaringan merchant . Untuk topup tentu masih menggunakan bank sebagai media pembayaran,” ujar Thomas.

Cara membayar dari uang elektronik pun kini kian canggih dan bahkan tidak membutuhkan kartu lagi. Teknologi yang disebut sebagai Quality Respons dapat membaca kode dengan memindainya melalui telepon genggam atau smartphone. Untuk teknologi ini, menurut Thomas, Bank Mandiri baru mendapat izin penggunaannya pada November lalu dan akan mulai direalisasikan ke konsumen pada awal 2019.

Thomas menjelaskan terdapat dua produk nontunai persembahan Bank Mandiri ialah e-money melalui kartu dan aplikasi Mandiri e-Cash yang akan dikembangkan dengan kode QR. “Melalui aplikasi, kami juga akan kembangkan Mandiri-Pay ini lebih fokus untuk pembayaran. Tahun depan akan mulai digalakkan bersama Mandiri e-Cash,” jelasnya.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira Adinegara mengungkapkan, hanya 2% masyarakat Indonesia yang sudah melakukan transaksi secara nontunai. Namun, semakin lama sudah terlihat minat masyarakat untuk bertransaksi dengan dompet digital.

Baca Juga: Isi Saldo Uang Elektronik Bisa Sampai Rp2 Juta

Faktor promosi dari pelaku e-payment sendiri juga menjadi pemikat. “Dengan begini, persaingan antara layanan penyedia e-payment akan semakin ketat. Hanya perusahaan besar yang bisa memberikan promosi terus-menerus yang akan bertahan. Sedangkan bagi konsumen ini peluang bagus untuk segera pindah ke nontunai,” ungkap Bhima.

Begitu pula, menurutnya, dengan bank. Bhima mengungkapkan, bank besar dapat membuat layanan e-payment sendiri. Investasi untuk membuat aplikasi menggunakan kode QR bisa dilakukan sendiri. Sedangkan bagi bank kecil dapat berkolaborasi dengan OVO, Dana, dan penyedia layanan e-payment lainnya.

“Bagaimanapun layanan e-payment tetap menggunakan bank sebagai penyimpan dana pengguna yang aman, dan jika ingin melakukan topup juga masih menggunakan. Bank dan layanan e-payment bukan saling menggerus justru peluang untuk bersinergi,” ucap Bhima.

Menurutnya, tren masyarakat ke depan untuk pembayaran online masih akan mengandalkan QR Code. Di sisi lain, masyarakat juga akan terus menggunakan uang non tunai lain seperti uang elektronik, dompet digital, ataupun transfer elektronik.

Bhima membandingkan Indonesia dengan negara di Asia Tenggara lain masih kalah dibanding Singapura, Malaysia, dan Thailand dalam penggunaan transaksi nontunai. Menurutnya, faktor infrastruktur akses internet yang harus diperbaiki agar semua daerah dapat merasakan juga bertransaksi secara nontunai.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya