JAKARTA - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) memiliki beberapa proyek yang dikerjakan sepanjang tahun 2019. Di mana dua proyek di antaranya akan segera rampung di kuartal II 2019.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menjelaskan, proyek pembangunan Hot Strip Mill (HSM) 2 merupakan yang paling dekat untuk rampung. Progres proyek ini per November 2018 sudah rampung 90,23% yang ditargetkan selesai pada April 2019.
"Proyek ini untuk memasok baja HRC (hot rolled coil) untuk segmen otomotif, pipa baja, re-rolling konstruksi dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun," ujarnya saat paparan publik di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (4/1/2019).
Baca Juga: Krakatau Steel Pede Kinerja Perseroan Bakal Membaik di 2019
Proyek ini memang untuk meningkatkan produksi baja dalam negeri. Proyek HSM 2 merupakan fase pertama dari tiga tahap pembangunan klaster industri baja berkapasitas 10 juta ton di Cilegon, Banten yang ditargetkan pemerintah pada 2015.
Maka dengan beroperasinya HSM 2, kapasitas produksi baja di Cilegon bersama PT Krakatau Posco meningkat dari 3,9 juta ton menjadi 5,4 juta ton per tahun. Sementara untuk bahan baku pabrik ini berasal dari baja Krakatau Steel ditambah produk Krakatau Posco, sedangkan untuk pengelolaannya akan berada di bawah kendali Krakatau Steel.
Adapun lanjutan dari proyek HSM 2 yakni proyek Pickling Line and Tandem Cold Mill (PLTCM). Bedanya, proyek ini untuk memproduksi cold rolled coil (CLC) yang sebagian produksinya untuk bahan baku perusahaan patungan (joint venture) dengan Jepang, Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS).
"Total investasinya sekitar kurang lebih 200 juta dolar AS," kata dia.
Baca Juga: Krakatau Steel Rencanakan Akuisisi Pabrik Baja Lokal
Proyek lain milik perusahaan baja pelat merah ini yang akan segera rampung yakni pembangunan dermaga 7.1 dan 7.2, di mana akan dioperasikan oleh PT Krakatau Bandar Samudera. Hingga November 2018 progresnya sekitar 68,53% dan ditargetkan rampung pada Mei 2019.
"Proyek ini untuk melayani kebutuhan bongkar muat curah dengan kapasitas kapal sandar maksimal 70.000 DWT," jelas dia.
Dalam pengembangan bisnis, perseroan juga melakukan investasi untuk meningkatkan produktivitasnya. Di antaranya, dengan pengolahan lembaran baja (skin pass mill) agar sesuai dengan permintaan pasar.
"Tren daripada tuntutan kustomer agar produk yang dihasilkan sekarang kecenderungan pada produk yang lebih tipis, sehingga penanganannya pun memerlukan suatu proses tambahan yaitu skin pass mill process," jelas dia.
Meski demikian, pembangunan konstruksi proyek ini takkan dimulai di 2019, sebab tahun ini tengah merampungkan proses pembiayaan dan partnership. Saat ini, sudah ada beberapa partner yang berminat untuk berinvestasi, sehingga diperkirakan pada kuartal II 2019 penjajakan akan selesai dan tinggal eksekusi investasi.
"Presiden kan mencanangkan 10 juta ton tapi proses konstruksinya tidak dimulai 2019," pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)