BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6%

Giri Hartomo, Jurnalis
Kamis 17 Januari 2019 14:22 WIB
Foto: Giri Hartomo
Share :

JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 15 -16 Januari 2019 memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 6%.

Adapun suku bunga Deposit Facility (DF) tetap di level 5,25% dan Lending Facility (LF) pada level 6,75%.

"Dengan mempertimbangkan ekonomi global, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 15-16 Januari 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 6%" ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Baca Juga: BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan

Sebelumnya, ekonom telah memprediksi kebijakan moneter Bank Sentral tersebut. Hal ini didorong nilai tukar Rupiah yang kini cenderung stabil.

"BI diperkirakan akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 6% pada RDG bulan ini, mempertimbangkan stabilnya nilai tukar Rupiah dalam sebulan terakhir," ujar Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Okezone.

Josua menyebutkan, sejak awal tahun Rupiah terapresiasi sekitar 1,8% year to date (ytd) ke level USD14.135 per USD. Kondisi ini ditopang masuknya modal asing (capital inflows) di pasar saham sebesar USD558,5 juta dan kepemilikan investor asing pada SUN meningkat sekitar USD407,9 juta di sepanjang awal tahun 2019.

 Baca Juga: BI Akan Umumkan Kebijakan Suku Bunga Acuan Hari Ini

Dia menilai, stabilnya kurs Rupiah didorong ekspektasi kebijakan moneter Bank Sentral AS, The Fed, yang cenderung lebih dovish atau menunda kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate/FFR) pada tahun ini. The Fed sempat menyatakan akan menaikkan FFR 2 kali di tahun ini, namun ada perubahan sikap yang menyiratkan akan lebih fleksibel dan akan menunggu perkembangan data ekonomi kedepan.

"Sehingga mendorong masuknya kembali investasi asing di pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia," kata dia.

Data ekonomi domestik yakni neraca perdagangan, diakui Josua, memang cenderung membebani pergerakan Rupiah, di mana pada kuartal IV defisit melebar yang juga akan berpengaruh pada melebarnya neraca transaksi berjalan. Meski demikian, kinerja neraca transaksi berjalan yang memburuk tersebut diperkirakan dapat ditutupi oleh peningkatan surplus di neraca transaksi modal.

"Sehingga kinerja neraca pembayaran pada akhir tahun 2018 cenderung membaik ditandai dengan peningkatan cadangan devisa yang ditopang oleh penerbitan global bond Indonesia," imbuh dia.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya