"Awalnya menjadi sebuah lifestyle dan miss produk. Kalau ditetapkan secara massal bahwa memproduksi sesuatu dengan cara sustainable green itu bukan sesuatu yang luar biasa," imbuhnya.
Menurut Yohanes, dengan cara seperti itu maka dunia akan menganggap jika produk sawit tidak berbahaya. Sehingga produk sawit Indonesia bisa diterima oleh negara lain.
"Perlu ada suatu komitmen bersama peneliti Universitas biar kita punya bahasa uang sama untuk mempromosikan sawit. Jadi biar tahu kalau sawit itu enggak sejelek apa yang dilakukan. Selama ini masih belum di blowup dan diketahui secara umum oleh masyarakat," jelasnya.
Sementara itu Chairman IBCSD Sihol Aritonang mengatakan, lewat program Greenlifestyle bisa mendorong sektor swasta mengubah pola pikir dan sistemnya. Ini juga sesuai dengan permintaan dari pemerintah yang disampaikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bambang Brodjonegoro yang meminta jika produk-produk yang di produksi secara harus sesuai standar SDGs.