JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diproyeksi menahan suku bunga acuannya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Februari. Hal ini didorong kondisi kurs Rupiah yang dinilai masih bergerak fluktuatif dan antisipasi kondisi perekonomian global.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira menyatakan, ruang pelonggaran suku bunga acuan BI masih belum ada pada bulan ini. BI tetap akan menahan suku bunganya di level 6%.
"Masih tetap di 6% belum ada proyeksi BI akan lakukan pelonggaran karena masih melihat rupiah yang bergerak fluktuatif," ujarnya kepada Okezone, Jakarta, Kamis (21/2/2019).
Baca Juga: Menanti Kebijakan Suku Bunga Acuan BI yang Diumumkan Hari Ini
Menurutnya, stabilisasi kurs Rupiah akan dilakukan Bank Sentral dengan mengandalkan cadangan devisa (cadev) bukan melalui instrumen suku bunga acuan. "Ini dalam rangka stabilisasi jangka pendek," imbuh dia.
Selain itu, BI juga turut mengantisipasi arah dari kebijakan moneter Bank Sentral AS, The Fed. Serta perkembangan makro ekonomi global khususnya pada AS dan China.
Pada pertimbangan kondisi dalam negeri, adanya kekhawatiran pelebaran transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sebab kinerja ekspor melemah. Hal ini membuat Rupiah memiliki potensi kembali melemah ke14.500 per USD pada bulan Maret.
"Efek pemilu juga membuat investor lakukan evaluasi portfolio jangka pendek," pungkasnya.
Adapun pada perdagangan kemarin, melansir Bloomberg Dollar Index, Rabu (20/2/2019), Rupiah pada perdagangan spot exchange ditutup menguat 59 poin atau 0,42% ke level Rp14.044 per USD.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)