Pada tahun ini BI 2019 memprediksi pertumbuhan kredit ber ada di kisaran 10-12% dibandingkan periode sama tahun lalu atau year on year (yoy), sedangkan pertumbuhan DPK diprakirakan sekitar 8-10% (yoy).
“Adapun rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan tetap tinggi mencapai 22,9% dan rasio likuiditas masih aman, yakni sebesar 19,3% pada Desember 2018,” ungkapnya.
Selain itu, rasio kredit bermasalah atau NPL tetap rendah, yaitu sebesar 2,4% (gross) atau 1,0% (net). “Ke depan, kami akan terus menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif guna mendorong pembiayaan ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan berkoordinasi dengan otoritas terkait,” katanya.
Ekonom Senior Indef Aviliani menilai, pertumbuhan kredit berpotensi meningkat akibat adanya dampak pemilihan presiden (pilpres) yang digelar April 2019 nanti. Menurutnya, peningkatan akan terjadi pada kredit konsumsi.
“Dampak Pilpres terhadap ekonomi Indonesia akan terjadi sentimen negatif jika terjadi kampanye negatif dan black campaign. Tapi, dampak positifnya, ya bisa menaikan potensi pertumbuhan kredit utamanya di kredit konsumsi,” ungkap dia. (Kunthi Fahmar Sandy)
(Dani Jumadil Akhir)