JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi mengalami penguatan sepanjang pekan ini yang didukung oleh sentimen rilis kinerja emiten pada kuartal pertama 2019. Penutupan perdagangan pada akhir pekan lalu, IHSG berada di level 6.499,88, sedangkan selama sepekan indeks melemah 1,5 poin atau 0,02%.
Kepala Riset Narada Kapital Indonesia Kiswoyo Adi Joe mengatakan, pergerakan IHSG pekan ini diprediksi akan mengalami penguatan atau bull. Sentimen utama yang menggerakkan di sebutnya datang dari laporan keuangan perusahaan yang akan memasuki masa untuk dikeluarkan.
“Kami melihat laporan keuangan akan bagus untuk emiten-emiten level blue chip. Pergerakan IHSG akan berada di level support 6.400 dengan level resistance di 6.600,” ujar Kiswoyo di Jakarta, kemarin.
Sementara itu, Associate Director Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, IHSG pekan kemarin dipicu aksi jual pada Kamis (28/2), namun berpotensi mengalami ke naikan pada Jumat (1/3/2019).
Baca Juga: IHSG Awal Maret Berakhir Menghijau ke 6.499
Hal ini menunjukkan bahwa pasar sebetulnya hanya membutuhkan alasan melakukan aksi ambil untung. “Dan alasan itu adalah batalnya perjanjian Kim Jong Un dengan Donald Trump. Sejauh ini pasar akan berpotensi dibuka di zona hijau, karena dukungan kenaikan indeks global yang menghijau,” ujar Nico.
Dia mengatakan, apabila dilihat secara analisis teknikal masih ada ruang untuk mengalami potensi penurunan. Namun demikian, Indonesia merupakan kategori negara emerging market sehingga masih akan didominasi sentimen global.
Fokus utama investor adalah memantau indeks konsisten di 6.400 agar bisa kembali menuju titik resistance 6.550. Apabila titik resistance 6.550 terpenuhi, maka seharusnya indeks berpotensi melaju di 6.750. “IHSG akan bergerak di rentang 6.425 - 6.500 dan berpotensi ke level 6.550,” ujarnya.
Baca Juga: IHSG Melesat 55 Poin ke 6.498
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Dimas Ardhi nugraha, melihat di awal tahun 2019 banyak investor cenderung pesi mistis melihat outlook tahun 2019. Terutama untuk data perdagangan dan manu faktur cenderung agak turun pada 2018 kemarin.
“Hal ini karena terlalu fokus pada data yang jelek. Sementara tidak semua data jelek, ada juga data tetap positif. Contohnya sektor ketenagakerjaan dan sektor jasa. Ekonomi tidak hanya manufaktur dan perdagangan. Ada sektor-sektor lainnya yang menggambarkan ekonomi secara keseluruhan,” ujarnya.
Karena itu, dia melihat, baik pasar saham maupun pasar obligasi Indonesia, masih sangat berpotensi tahun ini. Pasar saham yang menjadi katalis besarnya adalah potensi arus dana asing masuk ke pasar saham Indonesia.