JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN berencana menerbitkan surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat (global bond) sebesar USD1,5 miliar atau sekitar Rp21 triliun.
Rencananya surat utang global itu akan diterbitkan pada semester 1/2019. “Ini investasi sebagian besar untuk pembangunan pembangkit dan transmisi. Transmisi supaya besar karena ini kan menambah terus proyeknya,” ujar Direktur Utama PLN Sofyan Basir di Jakarta, akhir pekan lalu.
Menurut dia, proyek-proyek pembangkit dan transmisi yang dibangun tak lain untuk mewujudkan program 35.000 mega watt (MW). Selain global bond, pendanaan proyek 35.000 MW juga dilakukan melalui kas internal dan sindikasi perbankan, baik swasta maupun BUMN.
Sindikasi perbankan itu sekitar Rp10 triliun dari perbankan dalam negeri. Sebagian besar juga untuk melakukan investasi,” ungkapnya. Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto mengatakan, rencana penerbitan global bond masih dalam kajian.
Baca Juga: PLN Siap Operasikan 736 MW Pembangkit Energi Terbarukan pada 2019
Rencananya PLN tidak hanya menerbitkan global bond, tetapi juga local bond. Meski begitu, pihaknya belum memastikan kapan surat utang tersebut akan diterbitkan. Untuk saat ini pendanaan proyek-proyek kelistrikan masih dilakukan dari kas internal perusahaan.
“Kalau pas butuh harganya bagus, lalu jumlahnya bagus dan pasar bagus, baru diterbitkan,” tuturnya.
Sarwono juga mengatakan keuangan PLN masih dalam kondisi aman. Hal itu disebabkan menguatnya rupiah terhadap dolar AS. Adapun kebutuhan belanja modal perusahaan (capital expenditure/capex) tahun ini sekitar Rp80 triliun.
“Bulan ini mulai kelihatan bagus. Semoga ke depan lebih bagus lagi,” ujarnya.
Hal itu juga dikatakan Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat Abdullah. Edwin pernah mengatakan penerbitan global bond PLN rencananya akan dilakukan April 2019. Sedangkan pada tahun ini PLN membutuhkan dana sekitar Rp100 triliun untuk investasi.
Sebab itu, PLN akan menerbitkan komodo bond. Penerbitan global bond tahun ini nominalnya sama dibandingkan tahun lalu.
Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gajah MadaYogyakarta (UGM) Fahmy Radhi beranggapan, langkah penerbitan global bond untuk mendanai proyek kelistrikan 35.000 MW merupakan langkah tepat yang dilakukan PLN.
Menurutnya, dengan global bond bunga yang harus dibayarkan PLN relatif lebih rendah di bandingkan dengan pinjaman lain.“Saya kira ini merupakan langkah tepat bagi PLN menerbitkan global bond. Di samping jangka panjang, kemudian juga tingkat bunga relatif rendah dibandingkan dengan pinjaman lain,” kata Fahmy.
Baca Juga: Kebutuhan Batu Bara PLN Naik 5% Setara 96 Juta Ton
Dia menilai, dengan sifat utang jangka panjang dan bunga rendah tersebut, PLN mampu membayar utangnya. Dia memastikan, jika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membaik dan harga energi primer turun, akan mendongkrak kinerja PLN. Tidak hanya itu, pembayaran utang PLN juga didukung dengan penjualan listrik perseroan.
“PLN ini kan menjual listrik seluruh pelanggan di Indonesia, jadi tidak perlu khawatir. Kita juga melihat meskipun tarif listrik tidak naik karena faktor eksternal, tapi omzet PLN besar sekali sehingga saya yakin, PLN mampu membayar utangnya,” kata dia.