Defisit perdagangan Januari-Februari 2019 yang mengecil menjadi katalis bagi pasar keuangan domestik untuk rebound. Rupiah berpotensi menguat dan stabil di kisaran Rp14.000 per dolar AS, sementara IHSG berpotensi melanjutkan penguatan menuju level 7.000-an. “Persepsi investor juga makin positif setelah sovereignrisk Indonesia di level Investment Grade versi lembaga pemeringkat Fitch Rating,” ujar Ryan. Senada dengan itu, Senior Portfolio Manager Equity Manulife Aset Manajemen Indonesia Samuel Kesuma juga mengatakan, pasar saham Indonesia masih akan menarik bagi dana asing untuk masuk kembali. Karakter ekonomi Indonesia yang berorientasi domestik akan menjadi daya tarik di tengah moderasi pertumbuhan ekonomi global.
Sementara itu, kepemilikan asing di pasar saham Indonesia kini masih relatif rendah pasca-outflow sepanjang 2017-2018. “Kami mengunggulkan emiten yang berorientasi domestik dan tidak mengandalkan ekspor sebagai sumber pendapatan. Daya beli masyarakat akan terjaga karena nilai tukar rupiah telah menguat, tingkat inflasi terjaga, dan juga strategi fiskal untuk mendukung daya beli melalui dana sosial,” ujar Samuel. Menurutnya, valuasi IHSG di awal 2018 memang mencapai level tertinggi sehingga berdampak pada risiko pelemahan pasar yang besar. Sementara saat ini valuasi IHSG di level lebih wajar.
“Secara keseluruhan sulit menyatakan pola pasar akan berulang atau tidak, tapi menurut kami kondisi pasar saat ini lebih kondusif dibandingkan tahun lalu,” katanya.
(Hafid Fuad)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)