Bukan Masalah
Bagi Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut defisit transaksi berjalan adalah hal yang wajar bagi negara berkembang. Pasalnya, negara berkembang membutuhkan impor bahan baku dan barang modal yang menandai perekonomian terus berjalan. Menurutnya, sejumlah negara lain juga pernah mengalami CAD dengan rasio yang tinggi seperti Singapura mencapai 10% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), China sebelumnya pernah mencapai 12% dari PDB. Vietnam bahkan baru mengalami transaksi berjalan yang surplus pada tahun 2011. “Jadi yang bermasalah bukan di CAD. Tapi bagaimana dengan kondisi CAD tapi Rupiah bisa stabil. Itu yang harus dipecahkan,” katanya.
Dia menyatakan, yang perlu dilakukan pemerintah yakni membuat investor mau menanamkan lebih lama dananya di Indonesia. Saat ini investasi Indonesia sebagian besar berasal dari jangka pendek, hal ini membuat kurs Rupiah dan pasar modal mudah bergejolak. Terlihat pada tahun 2017 investasi melalui portofolio sebesar USD20,6 miliar sedangkan dari investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) hanya USD19 miliar. Artinya lebih besar investasi yang mudah pergi dari Indonesia. "Defisit APBN itu dibiayai dengan obligasi pemerintah, di mana 25% dalam global bond sednagkan 75% dalam bentuk mata uang lokal atau Rupiah. Tapi dari obligasi denominasi Rupiah itu 60%-nya dimiliki non residen (bukan investor dalam negeri)," katanya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)