JAYAPURA - Melonjaknya harga tiket yang dianggap gila-gilaan berpengaruh pada kondisi pariwisata di sejumlah daerah di Indonesia, seperti di Raja Ampat misalnya, sedikitnya 40% wisatawan membatalkan kunjungannya ke Raja Ampat, Papua Barat pada libur Hari Raya Idul Fitri, karena harga tiket pesawat yang melambung tinggi.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat Yusdi Lamatenggo mengatakan, pembatalan kunjungan wisatawan ke Raja Ampat untuk berlibur tersebut setelah pihaknya mendapatkan laporan dari operator (Agen perjalanan, penginapan, hotel, resort dan homestay.
"Semua tour yang sudah booking batal ke Raja Ampat, karena harga tiket menurut mereka sangat tidak rasional. Sangat mahal sekali,” ungkap Yusdi, yang dikonfirmasi Okezone.
Baca Juga: Harga Terlalu Mahal, Kemenhub 'Sentil' Aplikasi Penjual Tiket Pesawat
Menurut Yusdi, saat ini harga tiket menuju ke luar negeri seperti Eropa, Jepang atau negara-negara lainnya lebih murah jika dibandingkan ke kabupaten Raja Ampat. Yusdi berharap masalah ini tidak berlarut-larut, dan pemerintah pusat segera mengambil langkah sehingga harga tiket penerbangan ke Papua khususnya Raja Ampat kembali normal. “Sejak Desember 2018 sampai sekarang (Mei 2019) harga tiket ke Sorong, Papua ini luar biasa tingginya," ujarnya.
Dia mengatakan, mahalnya harga tiket di Papua ini bukan saja dikeluhkan para wisatawan. Sejumlah masyarakat Papua pun mengeluh hal serupa. Lebih lanjut Yusdi menjelaskan, fenomena ini tidak saja dialami di Raja Ampat, tetapi semua daerah wisata di Indonesia, dimana dampaknya kenaikan harga tiket yang selangit ini membawa dampak negatif bagi perkembangan wisata tanah air. “Ini isu nasional, harga tiket dalam negeri mahal, sedang tiket ke luar negeri murah,” katanya.
Menurut dia, hal ini juga berdampak pada pengembangan ekonomi daerah, karena tingkat kunjungan wisatawan berbanding lurus dengan ekonomi daerah.
“Ini otomatis, karena berkurang jumlah wisatawan maka berkurang juga orang yang menginap baik di hotel, resort, homestay maupun penginapan. Jika orang berkurang otomatis pendapatan atau pemasukan berkurang,” ujarnya.
Disebutkan, berdasarkan data di 2018 lalu, rata-rata wisatawan per musim liburan seperti liburan Natal, Hari Raya Idul Fitri sekitar 4.000 wisatawan. Tetapi pada masa liburan menjelang Hari Raya Idul Fitri 2019, kunjungan wisatawan menurun sangat drastis.
Sementara itu salah seorang pelaku usaha homestay di Raja Ampat, Yusak, mengaku sangat kecewa dengan Kementerian Perhubungan yang dianggap tidak dapat mengendalikan melonjaknya harga tiket pesawat saat ini. Apalagi menurut Yusak, dengan kondisi ini, banyak wisatawan yang telah jauh hari mem-booking homestay miliknya, terpaksa harus batal, karena harga tiket pesawat yang sangat luar biasa tinggi. Yusak pun berharap agar Menteri Perhubungan segera diganti, karena dirinya yakin Menteri Perhubungan tidak bisa bertindak tegas terhadap kenaikan harga tiket pesawat yang tidak rasional tersebut.
"Seorang menteri sudah tidak bisa mengendalikan harga tiket pesawat yang naik tinggi dan sangat dahsyat ini sangat disayangkan, pemerintah yang harus atur pihak maskapai, bukan maskapai yang seenaknya naikan harga tiket, kasihan kita pelaku usaha di sini, banyak tamu kita yang cancel untuk datang, karena tiket mahalnya minta ampun. Menteri model Budi karya lebih Bagus pak Jokowi ganti dia, dia tidak becus kerja, orang model Menhub ini yang buat nama pak Jokowi rusak di mata masyarakat, jangan karena dia (Menhub) teman sekolah pak Jokowi dulu, lalu dia di pasang jadi menteri, padahal Ndak bisa kerja apa-apa, malah masyarakat yang sengsara dengan harga Tiket pesawat yang sangat gila-gilaan tinggi," ungkap Yusak kesal.
Lanjut Yusak, Menhub menurutnya dalam maslahah tiket pesawat cenderung meminta warga untuk menggunakan transportasi darat atau kapal laut. Dan ini sangat ironis, karena Indonesia ini bukan hanyalah Jawa, tapi juga Papua
"Itu lihat Menhub, harga tiket naik tinggi, bukannya bertindak tegas kepada maskapai dengan jalan intervensi harga, malah sarankan warga naik angkutan umum jalur darat. Menteri ini dia pikir kita di Papua ini mau ke Jawa sana bisa naik mobil kah? Kita naik kapal saja sudah berapa Minggu ke Jawa sana dari Papua,” keluah Yusak.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)