NEW YORK - Harga minyak jatuh sekitar tiga persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data ekonomi terbaru China dan Eropa memunculkan kembali kekhawatiran atas permintaan global, sementara di sisi lain persediaan minyak mentah AS naik secara tak terduga untuk minggu kedua berturut-turut.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun USD1,82 atau 3,0 persen menjadi ditutup pada USD59,48 per barel di London ICE Futures Exchange, kehilangan beberapa kenaikan tajam sesi sebelumnya setelah Amerika Serikat menunda penerapan tarif pada beberapa produk China.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Meroket Usai Tarif Impor China Ditunda
Mengutip antaranews, acuan minyak mentah global, Brent naik 4,7 persen pada Selasa (13/8/2019), kenaikan persentase harian terbesar sejak Desember.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September merosot USD1,87 atau 3,3 persen, menjadi USD55,23 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah naik 4,0 persen pada sesi sebelumnya, terbesar dalam sebulan.
Baca juga: Pasokan Eropa Menurun, Harga Minyak Dunia Naik
China melaporkan data yang mengecewakan untuk Juli, termasuk penurunan mengejutkan dalam pertumbuhan produksi industri ke level terendah lebih dari 17 tahun, menggarisbawahi "keretakan" ekonomi yang melebar karena perang perdagangan dengan Amerika Serikat meningkat.
Perlambatan ekonomi global, diperkuat oleh konflik tarif dan ketidakpastian Brexit, juga memukul ekonomi negara-negara Eropa. Kemerosotan ekspor mengirim ekonomi Jerman berbalik pada kuartal kedua, data menunjukkan.
PDB zona euro hampir tidak tumbuh di kuartal kedua 2019.
"Data dari China, potensi resesi yang muncul di Jerman, semua itu bermain dalam kekhawatiran permintaan global," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago. "Hari ini, kita kembali dalam mode ketakutan."
Kurva imbal hasil obligasi AS terbalik untuk pertama kalinya sejak 2007, sebagai tanda kekhawatiran investor bahwa ekonomi terbesar dunia itu akan menuju resesi.
"Dengan banyak fokus hari ini bergeser ke arah inversi dalam imbal hasil obligasi dua tahun terhadap obligasi 10 tahun, selera risiko global melihat kontraksi besar lain yang dengan mudah mengalir ke ruang minyak," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.
Peningkatan tak terduga untuk minggu kedua dalam persediaan minyak mentah AS menambah tekanan pada pasar minyak.