Mantan Gubernur BI itu tidak khawatir penurunan suku bunga acuan akan membuat imbal hasil instrumen keuangan domestik tidak menarik dibanding negara-negara sepadan. Pasalnya, negara-negara maju dan negara sepadan (peers) juga sedang menerapkan rezim penurunan suku bunga.
Dengan begitu, dia masih optimistis dengan potensi arus modal asing masuk yang akan digunakan untuk menambal pembiayaan defisit transaksi berjalan.
"Jadi jangan langsung melihatnya oh bagaimana dampak ke capital inflow (arus modal masuk). Karena negara lain juga sedang mengarah (suku bunga) turun," ujar dia. Demikian dikutip Antaranews.
Investasi akan meningkat, kata Darmin, karena ekspetasi semakin murahnya pendanaan akan memacu kinerja dunia usaha dari sektor produksi dan ekspor. Hal itu diharapkan menjadi penggerak konsumsi dan investasi di semester II 2019.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan pemerintah akan mensinkronkan kebijakan fiskal dengan pelonggaran kebijakan moneter yang sudah dilakukan Bank Sentral. Dia menyambut baik langkah pelonggaran suku bunga acuan itu sebagai stimulus untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi. Adapun di kuartal II 2019, pertumbuhan ekonomi baru mencapai 5,05% secara tahunan (yoy).
"Jadi policy (kebijakan) yang sudah dilakukan oleh Bank Indonesia akan kita sinkronkan dengan pemerintah, baik fiskal ke depan maupun yang sekarang," ujar Ani, sapaan akrab Sri Mulyani.
(Dani Jumadil Akhir)