Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada kuartal III-2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02% yoy dengan masih ditopang oleh konsumsi domestik. Porsi konsumsi rumah tangga mencapai 56,52% dengan tumbuh 5,01% yoy, sedangkan porsi investasi baru mencapai 32,32% dengan pertumbuhan 4,21% yoy.
Selain itu, pemerintah juga akan fokus untuk memperbaiki neraca pembayaran. Sebab, menurut Sri Mulyani, setiap ekonomi domestik tumbuh maka diiringi peningkatan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD). Hal itu diakibatkan defisit dari impor minyak dan gas (migas).
Oleh sebab itu, diharapkan dengan adanya investasi di sektor energi, termasuk migas bisa membantu menekan CAD dan memperbaiki neraca pembayaran untuk tetap tumbuh. Terlebih saat ini Indonesia memiliki banyak jenis investasi di sektor energi yang masih perlu untuk dikembangkan, terutama investasi di sektor energi baru terbarukan (renewable energy).
"Kami juga akan terus menjaga kondisi dari sisi ekonomi makro dengan lebih baik, meskipun saat ini kondisi ekonomi global sangat penuh tantangan. Kebijakan ekonomi makro akan terus stabil (stable enough) untuk menyediakan atau menopang fundamental guna kemajuan ekonomi kami yang lebih berkelanjutan," jelas dia.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)