Juga mempertimbangkan posisi cadangan devisa (cadev) sebesar USD126,7 miliar, serta kebutuhan menjaga stance kebijakan moneter yang tetap akomodatif untuk menjaga momentum pertumbuhan (growth over stability).
"Serta dengan pertimbangan kebijakan makroprudensial yakni kombinasi relaksasi GWM dan LTV yang juga akomodatif," imbuhnya.
Pertimbangan lainnya adalah untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, terutama dolar AS, di tengah mulai meredanya faktor eksternal yakni perang dagang AS dan China, Brexit, dan risiko geopolitik, yang makin kondusif terhadap perekonomian Indonesia di 2020.
"Jadi langkah BI selama ini sudah ahead the curve dan pre-emptive terhadap faktor risiko sehingga sudah saatnya BI 'tetap menahan diri' untuk tidak menurunkan suku bunga acuan, karena efek penurunan suku bunga acuan dan relaksasi kebijakan makroprudensial yang ditetapkan sebelumnya, juga masih berlangsung," jelas dia.
(Feby Novalius)